Monday, December 26, 2005

Ternyata saya punya teman!

Dan saya sayang sekali sama dia.

Kangen...

Yup, kamu! Saya kangen kamu dan karpet kamu yang baunya seperti kaus kaki tapi enak buat duduk sambil main the sims 2 kamu yg borju itu!

Tapi saya juga sudah bisa main the sims 2. All the way... University - Nightlife.

Ngiri kan...?

Wednesday, November 23, 2005

Aku berada di depan komputerku. Mendengarkan Pachelbel - Canon versi piano. Dan tiba2 aku sudah berada di dunia yang lain. Di dunia yang hanya ada dalam mimpi2ku. Dunia yang gambarnya tidak bisa ditangkap otakku secara utuh, tapi dapat kurasakan. Mungkin Deja Vu. Entahlah. Mungkin dunia dari kehidupanku sebelumnya, atau dunia dari suatu waktu di masa kecilku. Yang aku tahu dunia itu indah. Sangat indah. Mungkin itu surga. Bukan... bukan surga. Tak mungkin ada banyak lampu di surga. Ibuku pernah bilang, surga adalah tempat yang indah. Sangat indah. Jalannya terbuat dari emas dengan batu2an berlian. Tidak pernah malam di surga. Selalu siang. Tapi di dunia khayalanku ini malam. Selalu malam. Aku benci siang! Karena tidak ada yang menyalakan lampu saat siang hari. Aku suka lampu. Dan di duniaku ini, dunia khayalanku, penuh dengan lampu. Banyak sekali lampu. Lampu merah, kuning, putih, biru, hijau. Berwarna warni. Berpijar. Indah sekali. Lebih indah dari pada surga, aku memastikan.

Hanya sebuah jalan. Jalan besar dengan townhouse di kanan kirinya. Mungkin sedikit salju. Ya! Aku terobsesi pada salju. Dingin, tapi selalu mampu membuat segalanya jadi lebih indah. Tidak ada orang di sana. TIdak ada orang yang mengendarai mobil, tidak ada orang yang berjalan ataupun sekedar berdiri di balik jendela, menatap ke arah jalan, menikmati lampu2 yang cantik itu. Hanya ada aku, berdiri di sudut, menikmati semua keindahan itu. Dunia yang sunyi, sepi, aman, damai.

Enya - Waterfall membuyarkan lamunanku. Merenggutku paksa dari dunia khayalanku. Aku mengusap mataku yang mulai lelah. Basah. Aku menangis? Mengapa aku menangis? Menangis bahagiakah? Menangis sedihkah? Aku tidak tau apa yang sedang kurasakan. Sepi... ya aku merasa sepi. Tapi... Hey! Bukankah aku selalu menikmati kesepianku?

Berdiri, membawa mugku yang berisi setengah kopi pahit yang sudah mulai dingin, aku berjalan menghampiri jendela. Menyibak tirai ungunya, dan melihat ke arah jalan, tapi tidak benar2 melihat. Sibuk dengan pikiranku sendiri. Apa yang sedang kulakukan? Dan tiba2 suara dari dalam kepalaku, suara yang jujur, "hey... you're just living your life". Entah mengapa aku merasa itu tidak cukup. "Memang tidak cukup. Tidak akan pernah cukup," jawab suara itu lagi. Jadi apa lagi yang harus kulakukan?

Aku menutup tirai jendela, setelah beberapa menit terdiam tanpa mendapat jawaban apapun. Meletakkan mugku di atas meja, kemudian duduk di atas karpet tebalku. Menyalakan sebatang rokok dan menghirupnya dalam2. Menyuplai nikotin ke dalam paru2ku sebanyak yang aku bisa. Mencoba berpikir. Tapi sepertinya otakku sama sekali tidak mau bekerja sama. Jadi aku hanya diam. Membaringkan tubuhku di atas karpet tebal itu, menatap langit2 kamarku, dan diam. Kalau menajalani hidup saja tidak akan pernah cukup, lalu apa lagi yang harus kulakukan? Apa?

Pachelbel - Canon Versi Piano. Dan jalan sepi dengan lampu2 yang cantik itu kembali. Ini yang aku inginkan. Berada dalam dunia khayalanku. Surgaku sendiri. Mungkin aku terlalu lelah. Lelah menjalani hidupku. Mungkin aku perlu sedikit beristirahat. Aku ingin tidur, bangun dan mendapati diriku berada dalam surgaku. Mungkin inilah waktunya aku mengucapkan doa. Doa yang selalu diajarkan ibuku waktu aku masih kecil.

Dear Lord,
Now I lay me down to sleep,
I pray the Lord my soul to keep.
If I should die before I wake,
I pray the Lord my soul to take...

Monday, November 14, 2005

Kepala saya kosong. Kata seseorang, otak saya kecil, itulah sebabnya saya sering migrain. Tapi buat saya, itu adalah sebuah pujian. Lebih baik punya otak yang kecil, yang sering menyebabkan migrain kan dari pada tidak punya otak sama sekali?

Sayangnya, justru saat inilah, saat dimana saya paling membutuhkan otak saya *sekecil apapun itu*, dan saat ini jugalah saya merasa otak saya sama sekali tidak berfungsi. Blanky! Kosong! Tidak berguna.

Saya butuh ide2 segar! Saya butuh sesuatu yang baru. Sesuatu yang tidak biasa. I think it got something to do with this city. Thats why i hate this city much!

Ahh... Fuck Jakarta dan segala kesombongannya!

Ok... ok... Jakarta jadi sedikit lebih baik karena kamu, Hector!

Thursday, November 03, 2005

Le Meridien Hotel, Spore

I Hate this country!
1 jam internet = $4. Keparat!

I hate this country!
Masalah dengan imigrasi.

I hate this country!
Masalah imigrasi dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan uang!
Coba kalau saya di Indonesia. Beberapa lembar ratusan ribu sudah bisa menyelesaikan masalah. Tidak perlu bersusah2 naik MRT dari Dhoby Ghaut sampai ke Lavender, mencari sponsor yang mau menjamin bahwa saya tidak akan menjadi imigran gelap di negara sialan ini.

However....
I love Indonesia. Negara saya yang korup. Tidak menyusahkan. Uang, uang dan uang. Cukup dengan uang, semua masalah selesai.

Sungguh negara yang tidak manusiawi. Dimana2 bersih. Dimana2 tertib! Buat saya ini aneh. Karena saya terbiasa dengan negara saya yang semrawut dan jorok. Atau sebenarnya negara sayalah yang tidak manusiawi karena kesemrawutannya dan kejorokannya dan itu membuat saya juga tidak manusiawi karena terbiasa dengan kesemrawutan dan kejorokan itu?

Friday, October 14, 2005

Sakit sakit....
Perih perih....
Bunuh bunuh....
Mati!

Tuesday, August 16, 2005

Saya tidak pernah punya bos. Saya tidak pernah punya atasan. Dan sekarang, saya harus jilat lobang pantat atasan saya.
Ini seperti timbangan. Di tangan satu ada kemapanan, kontinyuitas, jilat lobang taik orang lain, menjadi jongos, dan di tangan yang lain ada kebebasan, duit lebih besar tapi tidak kontinyu, i say who, i say when, i say how much!
Yang mana?

DAN YANG PASTI... SETIAP HARI NGANTOR? Damn! Kapan saya bisa tidur sampe siang lagi?!?!?!?

Dan ya!! Saya sudah di jakarta, merasa muak karena asap kendaraan, panas matahari, dan antrian panjang mobil setiap sore dan pagi. In fact, sepanjang hari!

Saya benci badan saya yang berkeringat deras saat bergelantungan di dalam metromini. Saya benci badan orang lain yang berkeringat saat duduk persis di sebelah saya di metromini.
Saya benci melihat ke argo taxi kemanapun saya menuju.
Dan saya lebih benci orang2 yang menyerobot proyek saya, hanya mentang2 saya orang baru.

Tapi saya yakin, lebih banyak lagi orang yang benci sama saya, karena proyek mereka yang saya rebut.

Well... dunia memang kejam.

Tuesday, August 02, 2005

Saya jadi inget kejadian waktu SMP dulu. Waktu itu saya sedang duduk2 bergosip dengan temen2 nerd saya menghabiskan jam pelajaran kosong yang seharusnya di isi oleh pelajaran matematika, kalau gurunya tidak terlalu malas mengajar karena gaji yang sangat kecil yang di terimanya. Dan tiba2 salah satu temen dekat saya bilang ke saya "Hey, kamu tau nggak kalo si Ana tu benci banget lho sama kamu?" Dan saya cuma bisa melongo bingung. "What? Why?" tanya saya masih kebingungan. Saya tidak merasa melakukan apapun yang bisa bikin dia benci sama saya. Saya merasa ga cukup dekat sama dia, sampai dia punya alasan untuk membenci saya. Ana adalah salah satu anak kembar, jock di kelas saya, cantik, bapak dokter kandungan paling berhasil di kota saya *yg memang kota kecil*, kaya, populer yang sekelas dengan saya. Gimana dia bisa benci sama saya? Saya bahkan nggak pernah ngobrol sama dia. Saya melemparkan pandangan are-you-out-of-your-mind saya ke teman saya itu. Dan dia hanya mengangkat bahu dan menjawab "ga tau kenapa. Cuman yang saya tau dia benci banget sama kamu."
Saya yang masih keheranan, "for no reason?"
"For no reason!" jawab teman saya mantab dengan anggukan kepala. "Atau mungkin for a reason we dont know" sambungnya lagi.
Akhirnya saya hanya tertawa.

i just made an enemy of someone i don't know
and they are upset about somethin' that i
must have done.
it really doesn't make much sense
well i've got no statement in my defense
i know no matter what no matter who no
matter what i do somebody hates me
and i hate somebody too.


Reel Big Fish menyadarkan saya, kalau ternyata kejadian seperti itu wajar2 saja terjadi. Bahkan sekarangpun, saya pikir saya punya banyak orang yang benci atau at least ga suka sama saya, yang ga bisa saya list nama2nya. Well... saya bukan seorang saikopat yang suka mendaftar orang2 yang benci sama saya. No matter what i do, pasti akan ada orang yang benci sama saya. For no reason, ataupun for a reason that i dont know. Bisa seseorang yang saya kenal, yang bermanis2 di depan saya, tapi berpait2 *lawan kata manis adalah pait, yes?* di belakang saya, ataupun orang2 yang tidak terlalu saya kenal. Mungkin saya memang punya aura termasuk-orang-yang-patut-dibenci yang kuat. Hahahah... i dont know....

did you misunderstand
something that i did
or was there one of my jokes that you didn't get
or do you think you've got the way i think all figured out.
what did i say
to make you feel i'm not cool now?
i knowno matter what no matter who no
matter what i do somebody hates me
and i hate somebody too.


Tapi setelah di pikir2, dan dengan tidak mengabaikan bahwa saya hanyalah manusia biasa, bisa saja seseorang itu membenci saya karena kesalahan saya sendiri. Yah well, yang mereka anggap salah belum tentu saya anggap salah kan? Tapi tetep aja, namanya juga manusia. Beda2. Bisa aja mereka membenci saya karena tersinggung pada apa yang saya ucapkan. Atau karena sikap sinis dan sarkastik saya. Atau mungkin gbt mereka yang saya rebut *ini khusus untuk wanita*.
Tapi saya pikir salah satu alasan paling utama kenapa mreka membenci saya for no reason, mungkin hanya karena mereka iri. Hey!! Im just trying to be positive here! Sekarang coba alasan paling logis kenapa orang bisa membenci seseorang for no reason? Kalau kamu baca tulisan saya sebelumnya, tulisan tentang saya benci sama cowo perfect karena out of reach, well, ga bisa di pungkiri sebenernya itu adalah envious hate kan? Jadi masuk akal aja kalo orang membenci orang lain karena iri. Jadi apapun yang saya lakukan, seberapa besarpun usaha saya for being a nice person, tetep akan ada orang yang benci sama saya. So... i better move on and ignore them.

i know its wrong
but i do it to
and i guess i should say
don't let it get to you.


Well... i dont know yah... apakah ini bener atau salah. Karena saya pikir membenci seseorang for no reason adalah sesuatu yang manusiawi. Something to do with the chemistry i guess. Saya juga sering kok baru kenalan sama orang, dan langsung benci sama dia. Atau bahkan belum kenal, baru denger namanya *dan sedikit cerita2nya dari gosip* dan sudah langsung benci. After all, kita cuman manusia. Yang suka ga berdaya dengan feeling kita sendiri. Dan yes! Feeling ga bisa di satuin ama otak. Jadi benci sama seseorang for no reason memang ga masuk akal, tapi terjadi.

Jadi buat semua orang yang benci sama saya for no reason, sepertinya kamu agak kesian deh. Soalnya saya ga peduli, dan ga akan pernah peduli. But hey!!! Sapa tau kamu beruntung... sapa tau saya juga benci sama kamu!!!!

i know no matter what no matter who
no matter what i do
somebody hates me
and i hate somebody too
somebody like you.


(Nahhh.... not you, Hector. I do love you, obviously.)

Friday, July 29, 2005

A friend asked me once... "Berapa lama saya bisa melupakan dia, the love of my life, the sunshine of my morning, the reason i live?"

Dan saya jawab : tergantung seberapa waras kamu!

Dia bertanya apa maksudnya.

Saya bilang : Yah kalo kamu waras enuff, kamu bisa melupakan dia, the love of your life just in a wink of an eye! Kalo kamu waras enuff, kamu ga akan manjain otak kamu dengan membiarkannya melanglang buana, memikirkan semua kenangan indah dengan si dia, the sunshine of your morning. Kalo kamu waras enuff, kamu akan tau bahwa satu2nya cara untuk membuat dia notice kamu adalah dengan TIDAK terus menerus mengganggu dia dengan tlp2, imel2, sms2, tapi justru dengan moving on. Hal itu yang bisa membuat dia, the reason you live, untuk bertanya2 pada dirinya sendiri "Jadi cuman segitu doang nih arti gue buat dia?", atau, "Cepet banget dia ngelupain gue, dan moved on. Berarti gue ga segitu berartinya buat dia." So, kalo kamu waras enuff, kamu akan menyerang ego dia, dengan tanpa merendahkan diri sendiri, dengan tanpa harus membuat diri kamu jadi terlihat seperti psikopat erotomania yang terus menerus mengemis, mengganggu atau apapun, hingga akhirnya dialah yang akan terus bertanya2 wondering, penasaran atau apapun, dan akhirnya dia akan mencoba kembali padamu. Lelaki, semua lelaki adalah pemburu. Dan dia akan segera bosan dan meninggalkan buruannya begitu dia merasa buruannya sudah tertangkap.

Teman saya bertanya lagi, "jadi saya harus gimana?"

Saya : Ya move on lahh tololllll!!!! Jangan bikin kamu jadi terlihat tolol di depan dia, the love of your life, ataupun di depan siapapun yang selama ini ngeliat kamu sebagai erotomania psikopat!

Dia : Ngomong doang sih gampang.

Saya : Sapa bilang cuman ngomong yang gampang? Ngelakuinnya juga gampang kok. Yah itu tadi... kalo kamu cukup waras.

Dia : tapi saya susah ngelakuinnya.

Saya : 1st, berarti kamu ga cukup waras. Dan kalo kamu tetep mo manjain otak kamu dengan mikirin dia terus, ya silahkan aja. Silahkan terus jadi orang sakit, saiko, gila kaya sekarang. Hey!! You know what? Kenapa kamu ngga bunuh diri aja? Tapi inget, jangan pake pistol!! Pistol adalah satu2nya cara untuk mati yang nggak cool sama sekali!!! *Saya tersenyum, dan berlalu.*

Wednesday, July 20, 2005

Lagi baca Beauty Case nya Icha Rahmanti. Baru sampe halaman 98 dari 286 halaman. Satu kesimpulan yang saya tarik: Sepertinya perempuan ini baru mengenal dan sedang tergila2 dengan gaya nulis yang-banyak-make-dash-dash-nya-gini. Soalnya saya nemu banyak banget *agak terlalu banyak menurut saya* gaya tulisan itu di Beauty Case.

Oh, one more thing. Friends season 10 episode 9 - The One With the Birth Mother, itu aired pertama kali tanggal 8 Januari 2004. Yap. Yang ada adegan Joey mengamuk gara2 Ross mencuil muffinnya, dan berkata "Joey doesn't share food!"

Jadi gimana mungkin Nadja, Obi dan Dian, beberapa tokoh di buku itu, bisa nonton episode itu pada waktu new year eve?

Yes! I am a friends freak too.

Monday, July 18, 2005

24 jam terakhir.

Kangen kamu kangen kamu kangen kamu!!! Kayanya kita udah lama banget ga ngobrol kaya semalem yah.... Saya sempat berpikir akan kehilangan kamu.

Astaga! Mbak2 yang duduk di angkot itu bener2 nggak tau diri! Udah makan tempat, masih juga nutupin akses orang lewat.

mahasiswi1 : Dia bilang sih namanya Galih. Tapi kayanya itu Danar cimahi deh.
Mahasiswi2 : Ini nomer telponnya bener nggak? *membuka phonebook hp*
Mahasiswi1 : 081blablabla. Iyah bener!!
Mahasiswi2 : Tapi kok dia bisa kenal sama saya?
Mahasiswi1 : Nah itu dia makanya. Bingung kan? Kok bisa tau saya alumni BPI?

Saya : (dalam hati) Penting yah?

Bingung...bingung... Rencana kepindahan ke Jakarta yang di percepat. For God Sake!!!! I HATE JAKARTA!!! Please... please, God, let me stay here... and i swear I'll be a good girl. SAYA AKAN BERHENTI BERSIKAP SKEPTIS!

Tapi tawaran pekerjaan yang menggiurkan. Demit!!! Haruskah saya mulai settling down? I hate that idea!

Menyelesaikan buku yang sudah berbulan2 tertunda. Hari kamis, yes? DAMN! Saya bukan wonderwoman!

Bertanya2 mode? mod? mad?
Mod The Sims 2
Mod The Sims 2. Mod The Sims 2. VALVe Sims 2 MOD Pack 1.0 GET THE VALVE SIMS 2 MOD PACK 1.0 RIGHT HERE, RIGHT NOW! VALVE SIMS 2 MOD PACK 1.0 IS AVAILABLE FOR IMMEDIATE DOWNLOAD!

KAPAN SAYA MAMPU MAIN THE SIMS 2??? ANJROT! KOMPUTER SAYA BUTUT! butuh sumbangan memori!!!

Teh botol rasanya kurang enak kalo nggak dingin banget. Dan marlboro light rasanya kurang enak kalo dihisap tanpa senderan kursi.

Mencari kosan AC dengan kamar mandi dalam seharga 250rb di daerah Menteng? Mungkin!!! *Kalau Tuhan memang ada*

Kenapa selalu tidak bisa menahan godaan untuk online di warnet sebelah persewaan buku? Saya tau jawabnya! Karena saya manusia biasa. *senyum sok pintar*

Berkesimpulan.....

ternyata otak saya bener2 random! Menakjubkan!

Ok F80, back to work!!!!! *biar analog, tapi saya tidak mampu beli D70*

Sunday, July 17, 2005

OK ini mungkin terlihat seperti iklan. TAPI INI MEMANG BENAR2 IKLAN!

BUAT KAMU2 PEREMPUAN2 YANG NGERASA BERPENAMPILAN MENARIK, INGIN MEMPUNYAI PENGHASILAN LUMAYAN, say.. buat beli lipstick or something? TINGGI BADAN MINIMAL 165cm, DENGAN BERAT SEIMBANG, DIUTAMAKAN YANG MAU KERJA KE LUAR KOTA SEBAGAI MODEL/SPG, HARAP IMEL KE dying_eve@yahoo.com SERTAKAN CV, DAN FOTO CLOSE UP SERTA SELURUH BADAN. DAN JANGAN LUPA KASIH NOMER TELPUN YANG BISA DI HUBUNGI.

BUAT KAMU2 YANG UNFORTUNATELLY PUNYA BENTUK BADAN DAN MUKA BIASA2 AJA, JANGAN KHAWATIR! KAMU JUGA BISA BERPARTISIPASI DENGAN CARA: MENGAJAK TEMEN KAMU YANG BADAN DAN TAMPANGNYA OK UNTUK MENGIMEL KE IMEL YANG DI BOLD DI ATAS.

INI SERIUS!! DAN MAKASIH UNTUK PERHARTIANNYA. *ok saya tau sebenernya ga ada yang merhatiin sih. tapi kan worth to try*

Saturday, July 09, 2005

Kelly

Aku masih berada di depan cermin di sebelah lemari bajuku. Memeriksa kembali seluruh dandananku. Apakah sudah cukup rapi dan pantas. Sengaja hari ini aku memakai riasan yang natural. Aku tidak mau dianggap sebagai perempuan yang terlalu berlebihan. Kuperiksa kembali lipatan rok lipit denimku. Aku mengusap-usap bagian bahu dari kemeja merahku agar lebih lurus dan rapi. Hari ini aku akan pergi ke tokonya. Bertemu dengannya. Mengobrol, makan, minum dan tertawa bersamanya. Aku sudah tidak sabar lagi. Sudah kurencanakan hal ini sejak lama.

Memang selama beberapa waktu terakhir ini, aku selalu bertemu dengan tidak sengaja dengannya. Di mall, di jalan dekat rumahnya, di tempat makan, di tempat bilyar. Hampir bisa di bilang terlalu sering bertemu dengannya. Tapi tak pernah bisa benar-benar mengobrol. Karena selama ini aku hanya bertemu selintas dengannya, dan dia selalu terlihat sibuk melakukan sesuatu, hingga kami tak pernah bisa mengobrol. Tapi hari ini lain. Hari ini adalah hari istimewa karena aku akan benar-benar duduk berdua dengannya, menatap langsung ke matanya yang kelam, menikmati senyum manisnya dan kalau aku beruntung, mungkin aku bisa sedikit menyentuhnya.

Aku melirik kearah jam di atas meja komputerku. Jam 11:30. Bagus. Sudah dekat waktu jam makan siang. Untuk memastikan, mungkin lebih baik aku menelpon ke tokonya terlebih dahulu. Yah… aku memang sudah beberapa kali menelpon ke tokonya. Dan beberapa kali pula aku meninggalkan pesan pada sekertarisnya, yang mengatakan bahwa dia sedang ada pertemuan di luar. Tapi aku yakin saat aku sampai di sana nanti, dia pasti sudah ada di kantornya, duduk manis, menungguku datang.

Ketika taksi yang kutumpangi sudah sampai di dekat tokonya, aku segera menyuruh pak sopir untuk berhenti di pinggir. Tepat di depan sebuah wartel, tidak jauh dari tempat yang kutuju itu. Setelah membayar taksi, aku menimbang-nimbang kembali, apakah lebih baik langsung masuk atau menelpon dulu untuk memastikan dia sudah kembali dari pertemuannya. Akhirnya aku memutuskan untuk menelpon dulu. Agar lebih yakin.
Dengan perasaan sedikit kecewa, aku keluar dari wartel. Ternyata dia masih belum kembali dari pertemuannya. Bahkan kata sekertarisnya, mungkin dia tidak akan kembali sampai sore nanti. Kenapa dia bisa melupakan pertemuan kami hari ini? Aku mencoba memikirkan alasan yang tepat, kenapa dia sampai lupa. Tapi tak urung, aku kecewa juga. Dan saat aku menunggu taksi yang lewat, yang akan membawaku kembali ke apartemenku, mataku tertumbuk pada mobil sedan hitam yang terparkir di luar toko bukunya. Itu kan mobilnya? Kenapa mobilnya ada, tapi orangnya nggak ada?

Segala pemikiran bercampur-aduk di dalam kepalaku. Sampai akhinya aku menyimpulkan bahwa mungkin dia memang ada pertemuan di luar bersama dengan teman-teman bisnisnya. Jadi dia tidak perlu membawa mobil. Segera saja aku berjalan mendekati mobilnya. Mungkin aku bisa menyelipkan sedikit pesan di mobilnya, dan bertanya mengapa dia melupakan janji kami hari ini.

Karena tidak tahu apa yang akan kulakukan hari ini selain bertemu dengannya, akhirnya aku hanya terdiam di tepi jalan menunggu taksi yang lewat, yang akan membawaku pulang ke apartmentku. Sewaktu-waktu bisa saja dia menelpon ke apartemenku dan meninggalkan pesan kenapa dia membatalkan rencana kami hari ini secara mendadak.

Sesampainya di rumah aku hanya duduk-duduk di depan komputerku, mencoba menyelesaikan pekerjaan yang sudah tertunda selama seminggu ini. Ternyata tidak mudah menyelesaikan pekerjaan, saat konsentrasimu sedang terpecah. Mana yang lebih dulu harus kulakukan? Memikirkan setumpuk company profile dalam Bahasa Inggris yang njelimet—rumit—atau memikirkan tentang seseorang yang kau sukai? Aku lebih memilih yang kedua, tentu saja!

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8:30 malam. Dan belum ada telpon sekalipun darinya yang memberikan penjelasan kenapa dia membatalkan janji kami hari ini. Aku mulai frustrasi dan gelisah. Bahkan beberapa kali aku menelpon ke tokonya, tapi ternyata masih perempuan yang mengangkat telponku, dengan jawaban yang sama. "Tidak ada di tempat", "Ada pesan?", "Nanti saya sampaikan". Tapi bahkan sampai malam inipun masih belum ada kabar darinya. Arrgghh... aku mulai tidak sabar. Mungkin sedikit alkohol bisa membantuku.Aku harus ke Taverna. Yah, sedikit menghilangkan ketegangan. Mengurangi kegelisahan. Dan siapa tahu, ya, siapa tahu aku akan bertemu dengannya di sana.

Aku duduk di tempat favoritku, tempat duduk di dekat bar. Belum lagi aku memesan minumanku, joe sang bartender langsung menghampiriku lalu meletakkan gelas di meja. Segelas martini, diaduk. Bukan dikocok.
Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan yang penuh dengan orang-orang yang berdesakan. Pria dan wanita berpakaian minim memenuhi lantai dansa. Maklumlah, malam ini merupakan malam dimana semua orang tumpah ruah menghabiskan waktu untuk clubbing.
Terdengar suara manja perempuan yang duduk di sebelah tempat dudukku. Dan ketika aku menoleh, aku melihat tiga orang perempuan cantik dengan baju terbuka dibagian pundak sedang bermanja-manja pada satu pria setengah baya berkepala botak dengan tubuhnya yang tambun yang kutebak umurnya sekitar empat puluhan. Sepertinya mereka semua sudah mabuk. Ketiganya mengelilingi pria botak yang tangannya menjelajah setiap inci tubuh-tubuh perempuan itu. Sesekali bibir pria itu mencium bibir, bahu dan leher mereka. Bahkan belahan dada perempuan-perempuan itupun tak luput dari bibirnya. Sedangkan perempuan-perempuan itu hanya tertawa manja. Sungguh pemandangan yang menjijikkan.
Melihat semua itu, timbul kemarahan di dalam diriku. Aku sangat benci pada pria setengah baya yang berkelakuan seperti itu. Hal itu mengingatkanku akan sesuatu. Dan aku sangat tidak nyaman dengan ingatan itu. Aku benci. Aku marah. Ingin rasanya kuambil gelasku dan melemparkannya ke kepalanya yang botak. Dasar pria tidak ingat umur! Apa mereka tidak ingat kalau mereka mungkin punya anak dan istri yang menunggu di rumah? Dan begitu gampangkah mengabaikan keluarga mereka semudah membalikkan telapak tangan mereka yang gemuk-gemuk?

"He's getting lucky, huh?"
Aku mendongak. Di depanku telah berdiri seorang pria sekitar tiga puluh yang berbadan tegap. Tampangnya cukup lumayan. Mataku bergerak dari atas sampai ke bawah. Menelitinya. Mungkin juga menelanjanginya. Ok, rate 1 to 10 ? He's 8.
"I bet he is" jawabku sinis dengan sedikit seringai di bibirku..
Ia langsung duduk di sebelahku. "Minum?"
Aku menunjuk ke arah gelasku yang masih berisi setengah.
Lelaki itu mengangguk lalu mengeluarkan rokok dari saku kemejanya.
"Sebenernya ada apa dengan lelaki, rokok dan saku kemeja?" tanyaku sambil tersenyum ke arahnya.
"Hah?"
"Yah, sepertinya kebanyakan cowo menyimpan rokok di saku kemejanya. Kebiasaan atau ada penjelasan tertentu?" tanyaku sambil menghabiskan setengah sisa minumanku.
"Well, kebiasaan mungkin. Tapi mungkin juga karena lebih mudah diambil aja, dan pastinya nggak akan patah-patah. Kalo rokok di taro di kantong blakang celana, pasti pas dikeluarin, rokok itu udah nggak berbentuk" jawabnya sambil menyulut sebatang rokok.
Aku tersenyum.
"Ok, minuman kamu udah abis. Nambah?" tawarnya.
"Yes, please."
Lelaki itu memanggil Joe, sang bartender. Sementara itu aku kembali melayangkan pandanganku ke arah pria tua dan tiga orang wanitanya itu, dan merasa semakin mual.
"There you go… Martini, diaduk. Bukan dikocok" kata lelaki itu sambil menyorongkan segelas martini padaku.
"Thanks… kok kamu tau minuman kesukaan aku?" tanyaku heran.
"Joe yang bikin. Dia bilang kamu suka martini yang diaduk"
Alisku terangkat. Rupanya Joe sangat memperhatikanku. Aku melihat Joe yang sedang sibuk mencampur beberapa minuman. Dan ketika matanya menangkap basah mataku yang sedang memperhatikannya, segera kuangkat gelas yang berisi martini dan menghabisinya dengan sekali teguk. Ia tersenyum kemudian kembali kerja. Rasa hangat mulai menjalar ke seluruh tubuhku.
Aku mencari pematik di tasku ketika kulihat pria yang masih belum kuketahui namanya itu menyodorkan api.
"Thanks"
"Oya, daritadi kita belum kenalan. Frans"
"Kelly"
"Nunggu temen?" tanyanya.
"Nggak"
"Jadi sendirian aja?"
"Yup! All by my self" ujarku asal-asalan.
Ia tertawa. Tawanya sungguh enak didengar.
"Well, suatu keuntungan buat aku, ya?" sambungnya dengan tawa menggoda.
"If you say so…" Ok, he's smart.
"Kelly, would you care to dance with me?"
Aku mengiyakan. Kami mendapat tempat di tengah lantai dansa. Mulai kugoyangkan tubuhku yang menempel erat ditubuhnya. Tidak butuh waktu lama untuk membuat tubuhku basah berkeringat.

Tidak seperti kebanyak lelaki yang kukenal di tempat-tempat clubbing yang menurutku sangat tidak bisa bergoyang bahkan diantaranya bergoyang sangat aneh, kuakui ia sangat pintar mengimbangi goyanganku. Tak terasa sudah empat lagu kami bergoyang.
Kemudian ia menarik tanganku, berjalan menuju tempat duduk.

Dan pada saat itulah aku menangkap sosok seseorang yang sudah begitu kukenal. Dia ada di sana! Bersama sekelompok orang, yang menurut dugaanku adalah teman-temannya. Tertawa-tawa, minum dan bergoyang. Berdiri memegang sebotol corona, dibalut dengan jeans berwarna gelap dan kemeja hitam seperti biasanya. Tapi kali ini berbeda. Dia memakai jaket kulit yang sangat pas dengan tubuhnya, dan seuntai syal melingkar di lehernya. Looking, oh, so stunning. Aku terus mengamatinya, sampai-sampai tidak sadar bahwa Frans masih ada di sebelahku. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan nggak penting.
"Kamu jago juga ya nge-dance-nya"
"Thanks" jawabku sekenanya.
Ia meneguk minumannya. "Minum lagi?"
Aku mengangguk.
Gelas ketiga membuatku lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Kubiarkan tangannya melingkar di pundakku. Jari-jarinya menyentuh pundakku, dan memainkannya di sana. Tapi saat ini aku sama sekali tidak bisa menikmati sentuhan lelaki manapun. Otakku terlalu dipenuhi oleh sosok jangkung yang berdiri beberapa belas meter di depanku.
Frans mulai bergerak lebih berani. Dia mulai memainkan bibirnya di leherku. Mau tak mau aku merasakan sensasinya juga. Alkohol dan lelaki, what a combination! Setengah terpejam aku menikmati getar-getar halus yang menjalar dari leher ke seluruh permukaan kulitku. Dan ketika aku kembali membuka mata, aku tersentak kaget. Sosok itu sudah tidak ada di sana lagi! Kemana perginya? Aku menyapukan pandanganku ke seluruh ruangan, dan tidak menemukannya dimanapun. Apa dia sudah pulang? Lalu kembali mataku terpaku di meja tempatnya duduk tadi. Syalnya masih ada di sana. Di atas meja, di antara gelas-gelas kotor yang berserakan. Mungkinkah dia lupa meninggalkan syalnya di sana? Atau dia tadi melihatku dan meninggalkan tanda padaku dengan cara meninggalkan syalnya? Yah apapun itu, aku harus segera mengambil syal itu, dan mengembalikannya.

Dengan tiba-tiba aku berdiri, dan setengah berlari menuju ke arah tempat syal itu berada. Frans tampak sedikit kaget dengan gerakanku yang tiba-tiba ini. Tapi aku tidak perduli. Aku cepat-cepat menyambar syal itu, lalu berlari keluar Taverna, berpikir siapa tahu aku masih bisa menyusulnya di pintu depan. Kalaupun tidak sempat, aku bisa langsung mengantarkan syal ini ke rumahnya. Setidaknya syal ini bisa menjadi alasanku untuk bertemu dengannya malam ini kan?




Keisha

Seharian ini suasana hatiku sedang kacau. Badanku terasa lemas. Pikiranku melayang-layang entah kemana. Semua pekerjaanku rasanya tidak ada yang beres. Belum lagi ditambah dengan Mbak Nina yang terus menerus mendesakku untuk segera menyelesaikan profile seorang artis perempuan yang sedang naik daun untuk di taruh di website. Bahkan Redo yang biasanya percaya dengan skrip buatanku pun kali ini terus saja menggangguku dengan koreksi-koreksinya yang nggak penting pada skrip acara 'World Wide', acara baru yang diproduserinya.

Segala kekacauan ini berawal dari kejadian dua hari yang lalu. Sebenarnya apa yang terjadi kemarin sore? Itulah yang menjadi masalahnya: aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi kemarin sore. Seperti biasa jam lima sore aku keluar dari kantor, bermaksud naik angkot yang akan membawaku ke San's Crib untuk menyegarkan diri dengan segelas white chocolate oreo. Dan sesampainya aku di jalan dekat dengan San's Crib, tempat dimana aku harus turun dari angkot karena angkot yang aku tumpangi memang tidak melewati jalan di mana San's Crib berada, langit sudah berubah gelap. Mungkin karena mendung yang memang sudah menggayut sejak sore tadi. Aku berjalan lewat jalan yang mulai gelap dan sepi itu. Jalan yang selama ini sudah begitu aku kenal karena seringnya aku mendatangi San's Crib. Tapi entah kenapa jalan yang biasa aku lewati itu kemarin terasa begitu berbeda. Sedikit terlalu sunyi. Terlalu mencekam. Entah karena suasana senja yang memang biasanya membuatku merasa kesepian, atau itu semua hanya perasaanku saja. Ya pasti hanya perasaanku saja, pikirku.

Tapi ternyata perasaanku itu bukannya tanpa alasan, karena begitu aku sampai di ujung jalan, tepat di tikungan ke arah jalan tempat San's Crib berada, aku melihat seorang lelaki yang tampak lusuh dengan rambut awut-awutan. Lelaki itu berumur sekitar 40an, dengan pakaian yang tampak sudah berbulan-bulan tidak dicuci, celana yang ditambal di sana-sini. Otakku langsung berputar cepat bagaimana menghindari lelaki ini, dan reflekku langsung membawa kakiku untuk menyebrangi jalan, berusaha untuk melewati jalan sejauh mungkin dari lelaki itu. Setelah semakin dekat, aku langsung sadar bahwa lelaki itu sedang mabuk berat dari caranya berdiri yang gelisah, dan tentu saja dari caranya berteriak-teriak menggodaku. Dan hal itu semakin jelas ketika tiba-tiba dengan sempoyongan, lelaki itu berlari menyeberangi jalan, menuju ke arahku sambil berteriak-teriak tidak jelas. Aku sudah siap-siap untuk lari, ataupun berteriak, atau apapun untuk berusaha menghindari apa saja yang akan menimpaku. Tapi ternyata aku tak cukup cepat, karena lelaki itu sudah tiba di sebelahku, menarik tangank, menghentakkan tubuhku ke dalam pelukannya. Sambil terus meronta, aku berteriak sekuat-kuatnya berusaha membebaskan diri darinya. Aku begitu ketakutan. Dan aku masih bisa mencium bau alcohol murahan dari mulut dan badannya. Bau alcohol yang bercampur keringat yang sangat memuakkan. Dan hal terakhir yang kuingat adalah bagaimana tangan kanannya yang memeluk pinggangku. Bukan. Pantatku. Meremasnya sambil terus menekannya agar lebih menempel ke arah pangkal pahanya. Sementara tangan kirinya sibuk menggerayangi dadaku.

Setelah itu, aku sama sekali tidak ingat apa-apa. Apakah aku pingsan? Ataukah ada seseorang yang datang menolongku? Aku sama sekali tidak tahu. Yang aku tahu adalah aku terbangun pagi ini, di kamarku, dengan kepala yang seperti di pukul-pukul dengan palu sebesar monas. Ya! Pasti ada yang menolongku waktu itu, mengingat bagaimana kerasnya aku berteriak minta tolong. Mungkin penduduk setempat yang melihat kejadian itu, ataupun hanya orang yang kebetulan lewat jalan itu. Tapi mengapa aku tidak tahu apa yang terjadi kemarin. Apa saja yang aku lakukan. Tapi sepertinya aku mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Sejak kejadian batal shopping beberapa waktu yang lalu, hal pertama yang aku lakukan setelah bangun tidur adalah mengecek kalender di komputerku dan di Hpku. Dan aku tahu bahwa aku baru saja kehilangan waktu lagi. Kemarin. Sehari penuh. Apa saja yang aku kerjakan? Semoga bukan suatu hal yang memalukan.

Mungkin aku harus mulai memeriksakan kepalaku ke dokter. Episode kehilangan-hari itu mulai sering melandaku. Aku kawatir ada sesuatu yang tidak beres dengan otakku. Mungkin tumor atau apa. Tapi aku tidak pernah berhasil meyakinkan diriku sendiri untuk periksa ke dokter, karena aku begitu takut untuk menghadapi hasilnya nanti. Bagaimana kalau benar-benar kanker? Apa yang harus aku lakukan? Aku yakin tidak akan mampu menerima kenyataan itu.

Tapi sekarang di sinilah aku, berusaha mengerjakan pekerjaanku sebaik-baiknya, di tengah-tengah segala kericuhan yang terjadi di kantorku. Dengan kepala yang masih terasa berdentam-dentam walaupun aku sudah menelan 2 butir aspirin. Dan percayalah, sungguh sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan dengan kepala yang begitu sakit, di tengah-tengah 'Hari-Senewen-Sedunia'.

Setelah lewat jam satu siang, semuanya mulai mereda. Semua orang sudah mulai bisa bersantai. Mungkin karena sekarang sudah waktunya untuk makan siang. Dan setiap waktu makan siang, semua wajah yang sejak pagi terlihat garang, tiba-tiba jadi tersenyum cerah seperti matahari di bulan agustus. Aku segera memutar nomor telepon restaurant Chinese food yang berada dekat dengan kantorku. Aku terlalu malas untuk makan di luar. Dan jelas karena pekerjaanku yang menumpuk karena kemarin aku kehilangan sehari lagi dari waktuku yang mestinya bisa aku gunakan untuk menyelesaikan tugasku, maka sepertinya makan mie ayam jamur delivery lebih masuk akal buatku saat ini.

Setelah makanan pesananku tiba, aku segera mengklik icon internet explorer di komputerku. Bersiap-siap untuk surfing ke dunia maya demi mencari breaking news untuk jam 3 nanti. Dan saat aku mulai mencari-cari topic yang menarik di search engine, Hpku berbunyi. Danny! Ah, selingan yang sangat menyenangkan di tengah-tengah hari yang kacau balau ini.

"Halo?"
"Halo, Dan."
"Hey! Pasti lagi makan siang ya?" tanyanya.
"Iya nih. Lo nggak makan siang?" sahutku balas bertanya.
"Ini lagi sambil makan. Gue agak-agak males buat makan keluar."
"Hahaha... sama!! Gue juga lagi males keluar. Hari ini hectic banget. Dan masih banyak kerjaan gue yang mesti di kelarin" sahutku panjang lebar sambil berusaha menyumpit baso ikan ke mulutku.
"Wah, gue ngeganggu ga nih?"
Ngeganggu? Yang bener aja!! Telpon lo ini bagaikan oasis yang berisi jus jeruk dingin dan seger di tengah-tengah padang pasir buat gue!!!
"Nggaklah. Bahkan Bill Gates juga perlu isitirahat kan?" jawabku sekalem mungkin yang langsung di sambut oleh tawanya yang renyah.
"So, how's life?" tanyaku lagi sambil menambahkan kecap asin ke mieku yang rasanya sedikit hambar.
"Well, actually life's been kinda suck, or should I call it creepy? Dan itu yang mau gue ceritain sama lo sebenernya" jawabnya setelah terdiam sebentar.
"Lha? Emang kenapa, Dan? Jangan bilang 'orang sakit' itu masih ngegangguin elo!" jawabku sambil menegakkan dudukku.
"Iya!!! Dan sekarang lebih parah lagi!!" sahutnya hampir berteriak.
Aku bisa merasakan ada nada panic dalam suaranya. Ah, apalagi yang dilakukan orang gila itu pada Danny-ku? Danny-ku? Great! Sejak kapan dia jadi properti lo Kei?
"Tau nggak Kei? Seharian kemaren gue emang nggak ada di toko. Soalnya dari pagi sampe sore gue harus terus ketemu orang buat meeting, lunch, atau apa ajalah. Soalnya gue seharian kemaren emang sibuk banget. Ngurusin soal pembukaan cabang toko gue. Dan gue kemaren emang ga bawa mobil ke mana-mana, soalnya gue pergi ama temen gue yang punya tempat yang bakal gue pake buat cabang baru toko gue. Jadi mobil emang sengaja gue tinggal di toko. Dan pas sorenya gue balik ke toko, tebak apa yang terjadi?"
"Toko lo di bom?" tanyaku ragu-ragu sambil memperkirakan hal terburuk yang bisa terjadi.
"Ya!!! Tepatnya, asisten gue di bom pesen sama orang gila itu!!!" katanya berapi-api . Aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Danny sekarang ini. Dia terdengar sangat marah. Tapi bagaimana aku bisa membayangkan wajahnya bila sedang marah, sedangkan dia tak pernah marah padaku..
"Bom pesen?" tanyaku tak mengerti.
"Iya! Bom pesen! Kata asisten gue, selama gue nggak ada, dari pagi sampe sore, orang it uterus nelpon ke toko, nyariin gue, ngomongin soal janji makan siang bareng, yang gue yakin nggak pernah gue bikin sama dia. Dan lo tau nggak berapa kali dia nelpon ke toko gue?"
"Mmm... sepuluh?"
"Sepuluh, normal! Oke, mungkin nggak terlalu normal sih. Tapi ini lebih gila lagi! Dia tuh nelpon dan nitipin pesen ke asisten gue sampe 214 kali!!! Gila nggak sih?!?" serunya masih dengan emosi yang menyala-nyala.
"Hah?!? Dua ratus empat belas kali? Itu sih sinting namanya!" kataku mendadak jadi ikut emosi.
"Tuh kan!! Apa gue bilang? Orang gila kaya apa sih yang nelpon sampe 214 kali sehari? Sakit!"
"Tenang, Dan, tenang" kataku berusaha *lebih jelasnya* menenangkannya.
"Gimana gue bisa tenang, Kei? Ada orang gila, yang nggak gue kenal, yang nganggep gue bikin janji untuk makan siang sama dia. Masalahnya gue nggak tau orang ini siapa. Dan yang lebih gila lagi, dari pesen-pesen yang di titipin ke asisten gue, kayanya dia tuh udah kenal deket sama gue, atau kalo boleh gue bilang, udah pacaran atau apa gitu ama gue. Dua ratus empat belas kali!! Sakit!!"
"Dan lo tau apa yang lebih sakit lagi?" tanyanya kemudian.
"Pas gue sampe di kantor, yang pertama gue liat adalah mobil gue, yang kaca depannya udah di coret-coret pake lipstick warna merah!" sahutnya tanpa menungguku menjawab.
"Dicoret-coret?" tanyaku bingung.
"Iya! Dicoret-coret! Yah mungkin nggak puas setelah nelpon sebanyak 214 kali, akhirnya dia mutusin buat nulis sendiri pesennya di kaca mobil gue, make lipstick! Gila kan? Yang ada sore-sore gue harus nyuci mobil di depan toko gue. Nggak mungkin kan gue pulang dengan coretan lipstick di kaca depan mobil gue?"
"Emang pesennya apa, Dan?"
"Yah gitu deh, tentang gue ngingkarin janji makan siang ama dia, tentang gimana kecewanya dia, tapi dia tetep maafin gue. For God sake!! Maafin gue?! Gue bahkan nggak tau siapa dia!!! Damn!!"
"Kalem, Dan. Coba lo pikir-pikir lagi. Sapa tau elo emang janji makan siang sama seseorang, tapi lo lupa" kataku berusaha untuk berpikir logis, karena semua yang di ceritakan Danny itu sama sekali tidak logis buatku.
"Nggak mungkin, Kei. Acara gue hari ini tuh udah di rencanain jauh-jauh hari. Nggak mungkin kan gue bikin makan siang ama some psycho, kalo gue tau hari ini gue bakalan ketemu sama orang-orang yang cukup penting, buat pembukaan cabang baru toko gue?" katanya lemas, seolah-olah kecapekan setelah menyemburkan semua emosi yang ada dalam dirinya. Aku mendengarnya meneguk minuman, sebelum akhirnya menyambung lagi.
"Dan itu belom selesai, Kei."
"Hah? Masih ada?"
"Iya! Setelah gue pulang ke rumah, waktu itu masih sore. Dan entah kenapa, gue ngerasa kaya ada yang merhatiin gue terus. Kaya ada yang ngikutin gue. Mungkin gue parno ya. Tapi lo pernah kan ngerasain kaya ada orang yang terus-terusan ngawasin elo? Nah, itu yang gue rasain sesorean."
"Perasaan lo doang kali, Dan?"
"Mungkin juga sih. Gue terlalu… apa ya? Mm… panik kali. Tapi ternyata panik gue itu beralasan banget, Kei. Jadi karena gue senewen, akhirnya gue mutusin buat jalan ama temen-temen gue ke Taverna. Dan gue ke sana make syal warna item gitu deh. Cuman pas gue pergi ke WC sebelom pulang, syal itu emang gue tinggal di meja. Gue pikir temen-temen gue masih ada di sana. Tapi pas gue balik lagi, temen-temen gue udah nggak ada, dan syal gue itu juga nggak ada. Gue pikir mereka udah pulang dan karena mungkin mereka gue pulang dan syal gue ketinggalan, jadi syal itu di bawa mereka.Tapi yang gue kaget, pas gue sampe di rumah, ternyata syal gue itu udah terlipat rapi di atas meja di beranda rumah gue."
"Mungkin nggak, temen-temen lo mampir dulu ke rumah lo buat ngembaliin syal?" tanyaku.
"Ya emang itu yang pertama kali kepikir ama gue. Tapi setelah gue telpon ke temen-temen gue, mereka malah nggak tau kalo gue ninggalin syal di meja Taverna. Jadi pikir gue, siapa lagi yang naroh syal gue di situ? Pasti orang gila itu. Pasti dia ngikutin gue sampe Taverna. Atau seenggaknya dia tau kalau gue mo ke sana malem itu" sahutnya dengan nada yang lebih tenang. Tidak seemosi tadi.
"Yah, seenggaknyaa dia nggak main masuk ke dalem rumah lo lagi kan? Lo masih naroh kunci rumah lo di balik pot bunga kan?" tanyaku.
"Udah enggak. Masalahnya, kayanya perasaan gue bener deh. Kayanya dia bener-bener selalu merhatiin gue. Stalking me everywhere. Soalnya pas gue udah siap-siap mo tidur, udah di atas kasur, dan matiin lampu, gue sempet ngeliat ada kepala nongol di luar jendela gue. Kaya orang lagi ngintip gitu deh, Kei"
"Hah? Gila serem amat!" seruku sambil bergidik ngeri. Tak dapat membayangkan kalau sampai kejadian ini terjadi padaku.
"Terus?" lanjutku lagi.
"Ya, gue kaget, terus langsung loncat bangun, nyalain lampu, dan gue lari keluar buat ngeliat sapa orang yang ngintipin gue tidur dari jendela. Tapi pas gue sampe di luar, gue nggak liat sapa-sapa. Kalo kaya gini terus, lama-lama gue bisa jadi gila deh" katanya lemas yang langsung diiringi dengan erangan panjang. Ah, benar-benar kasihan Danny-ku ini. Resiko menjadi orang yang hampir sempurna. Dan itu termasuk mempunyai penggemar yang psycho.
"Dan, gue rasa lo harus lapor polisi deh. Ya kalo dia cuman ngasih pesen-pesen nggak jelas doang. Kalo ternyata dia psikopat yang merangkap sebagai pembunuh berantai? Gimana coba? Emang lo nggak takut ntar terjadi sesuatu yang nggak di inginkan?" tanyaku dengan suara simpati. Aku memang bersimpati atas apa yang terjadi padanya.
"Ntar? Sekarang aja udah kejadian hal yang nggak gue inginin, Kei. Tapi lo tau ndiri kan polisi di Negara kita? Buat nangkepin koruptor yang udah bertaun-taun aja nggak selesai-selesai. Apalagi cuman masalah stalker nggak penting kaya gini. Yang ada gue malah di ketawain ntar ama mereka. Kayanya mereka sih harus ngeliat mayat dulu deh, baru mulai mau ngelakuin sesuatu."
"Huss!! Jangan ngomong mayat-mayat gitu deh! Gila lo! Ya udah, pokoknya sekarang lo mesti lebih ati-ati. Dan kalo boleh gue saranin, mendingan lo ganti deh semua kunci yang ada di rumah lo. Sapa tau dia sempet bikin duplikat atau apa" usulku untuk lebih menenangkannya.
"Iya. Gue udah telpon tukang kunci. Katanya besok dia bakal ke rumah gue buat ngeganti semua kunci. Kei, makash ya udah ngedengerin teriakan-teriakan gue yang kaya orang gila" ujarnya lembut.
"Hey! Don't thank me. That's what friends are for" jawabku.
"Ya udah. Kayanya gue udah ngenggangu makan siang lo deh. Sekali lagi thanks yah. Lanjutin makan siangnya deh. Makan yang banyak, Kei. Biar lo ada tenaga kalo-kalo ntar gue butuh bantuan lo buat ngadepin si psycho itu."

Setelah menutup telpon, aku cepat-cepat menyelesaikan makan siangku yang tadi sempat terhenti karena begitu kaget mendengar cerita Danny. Dan kemudian mulai membuang Styrofoam bekas bungkus mie ayam tadi ke sampah, dan melanjutkan pekerjaanku yang sepertinya sama sekali tidak berkurang.

Wednesday, July 06, 2005

Dilema dilema...
Maaf ya. Tapi Id kamu di YM saya udah dengan sengaja saya delete. Soalnya saya suka nggak tahan ngeliat Id kamu yang sedang berstatus available. Selalu merasa tergoda untuk mem-PM, sekaligus tau bahwa saya tidak tau apa yang harus saya bicarakan sama kamu setelah kata2 "Hai".

Ya! Kamu semenarik itu! :)

Tuesday, July 05, 2005

Ada apa dengan orang Indonesia dan budaya ngantri?
Tadi sempet ke ATM Bca di deket gasibu. Kehabisan cash. Dan ternyata beli telor ama minyak goreng itu nggak bisa make daon *baru tau*. Dan sampe di sana, udah ada 3 orang yang ngantri. Seperti biasa, saya berdiri menyandar ke pagar besi yang mencocok ke pantat saya, dengan tangan di masukkan ke saku celana, menggoyangkan kaki seiring dengan suara Gerard Way. Ok, antrian mulai bergerak. Salah satu orang masuk menggantikan orang yang sudah selesai dengan urusannya di dalam. Dan tiba2, out of nowhere, ada seorang ibu2 baru turun dari boncengan motor suaminya, berjalan cepat ke arah kami *para pengantri*, berdiri di tempat paling dekat dengan pintu bilik ATM. Dan setelah orang yang di dalam keluar, tiba2 si ibu2 ini dengan santainya masuk. Dan hampir saja saya mencegatnya dan menyuruhnya langsung ke belakang antrian. Tapi si ibu2 itu sepertinya punya ilmu menyelipkan-diri-kedalam-antrian-yang-membosankan or something. Yang jelas dia cepet banget nyelak dan langsung masuk. Dan sebelum masuk, dia sempet noleh ke saya dan guess what? DIA TERSENYUM PADA SAYA!!! What the *&@%$?!?!?
Q : Haruskah para penyelak tersenyum dulu pada orang2 yang di selak supaya...say...terlihat sebagai penyelak yang sopan dan ramah?

Ada apa dengan penumpang angkot dan rokok?
Well, walopun saya terus bermimpi bisa kemana2 naik BMW 645ci convertible, tapi nasib berkata lain. Jadi saya harus puas kemana2 naik Limo Hejo *mengutip kata2 seseorang* alias angkot. Dan seperti yang mestinya kita tau, ada semacam peraturan tidak tertulis *baca: tergantung kadar ke-tau-diri-an masing2 orang* bahwa di angkod yang jelas2 kendaraan umum, yang berisi 15 orang yang mungkin tidak saling kenal itu, di sarankan untuk tidak merokok. Apalagi jenis rokok kretek yang baunya bisa bikin separo penduduk Cina mual2. Dont get me wrong... Saya juga perokok. Tapi saya bukan jenis perokok yang mau membuat seluruh angkot jadi ikutan kanker paru2 bersama saya ditambah dengan perasaan mual karena harus mencium asap rokok saya yang notabene lebih berbahaya untuk perokok pasif, selain memang penumpang angkod sudah seharusnya mual2 mengingat para supir angkot itu diyakini bikin SIMnya di kelurahan.
Q : Emangnya para perokok itu akan ngerasa lebih keren kalo udah mampu bikin orang di dalam angkot terbatuk2, berkipas2 dengan tangan, sibuk membuka jendela sambil ngedumel, dan MUNTAH2?

Ada apa dengan saya dan penumpang angkod normal?
Saya nggak tau sejak kapan, saya jadi hobi naik angkod. Hahaha mungkin sejak di bandung, since ga ada pilihan lain di sini kalo mo kemana2 selain naik angkod. Ok, ada taksi. Tapi saya nggak sekaya itu sampe mampu pergi kemana2 dengan taksi. Saya menikmati bertemu banyak orang yang sedang duduk di dalam angkot, menggantungkan nyawanya pada kemahiran si sopir angkot menyetir. Ada yang ngelamun, ada yang ngobrol sama temennya, ada yang tidur. Macem2. Dan menarik2. Seperti ketika saya menemukan seorang anak SMA yang sedang ngobrol dengan temannya *yg juga anak SMA*: "Kok setiap gue lewat siliwangi ini, knapa gambar yang di tembok itu selalu berubah ya?" dan temannya menjawab "Lho, lo ga tau? Itu kan setiap bulan gambarnya di ganti." Dan saya hanya memutar bola mata dan mencoba menyembunyikan senyum.
Bukan... bukan percakapan2 seperti itu yang mengganggu saya. Walopun harus saya akui, justru percakapan2 itu yang membuat saya selalu senang naik angkod. Absurd.
Dan kejadian ini baru kemarin. Saya sedang dalam perjalanan pulang dari daerah dago untuk mengembalikan buku sewaan. Angkod yang saya kosong. Hanya ada 4 orang di belakang. Dan itu berarti tersedia banyak tempat duduk yang lumayan lega kan? Dan tiba2, seorang mbak2 manis yang naik, dan sepertinya ga mau repot untuk masuk kedalam ke kursi yang lebih lega, tapi malahan duduk di dekat pintu, nyempil, dan menghalangi semua orang yang akan masuk atopun keluar dari angkod. Ok, mungkin dia pikir toh dia turun di tempat yang ga jauh dari dia naik. Tapi apa dia tau kalo mungkin ada orang yang akan turun sebelum dia? Atau ada orang yang akan naik sebelum dia turun? Dan disanalah dia duduk, dengan manisnya, memblokir satu2nya akses keluar masuk hanya karena males masuk lebih dalam dan menikmati tempat duduk yang lega.
Setelah itu, angkod mulai agak penuh, dan semakin penuh. Si sopir berteriak2 "palih kanan neng, punteun palih kiri neng, tujuh lima, tujuh lima". Akhirnya kamipun duduk berdesak2an selama beberapa waktu. Sampai di depan kampus UNPAD, akhirnya ada beberapa orang yang turun. Dan angkotpun terasa lega kembali. tapi yang aneh, kenapa saya masih merasa berdesak2an? Saya masih merasa sangat sempit nyaris tidak bisa duduk? Dan saya menoleh ke sebelah kiri saya, tempat seorang ibu2 duduk dengan nyaman, kaki di miringkan *yg jelas2 kakinya itu makan tempat*, sementara di sebelah kiri, bangku kosong terlihat lega dan nyaman! Dan si ibu2 itu sepertinya selain makan tempat dengan duduk miring, sepertinya ga mau geser agar kami yang di sebelah kanannya bisa duduk dengan lebih nyaman. Dan saya bingung. Apa yang di pikirkan oleh ibu2 itu? Kalo mau duduk nyaman ya naik taksilah, buuuuu.....
Q : Saya terlalu banyak complain?

Wednesday, June 29, 2005




He said: Dear God,

I promise I will never waste my food no matter how bad it can taste and how full I may be. I pray that He will protect this little boy, guide and deliver him away from his misery. I pray that we will be more sensitive towards the world around us and not be blinded by our own selfish nature and interests.

I hope this picture will always serve as a reminder to us that how fortunate we are and that we must never ever take things for granted.

Think & look at this... when you complain about your food and the food we wasted daily........
Namaku Patricia. Tapi orang-orang biasa memanggilku Patty. Seluruh hidupku berjalan dengan lancar. Aku bisa makan dengan kenyang, tidur dengan nyenyak, punya banyak teman. Semuanya sempurna. Aku bahkan memiliki seorang sahabat yang sangat kusayangi, dan sebaliknya, dia pun sangat sayang padaku. Aku memanggilnya Ivy. Kami hampir tak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama. Bahkan selama hampir 4 tahun, kami hidup bersama. Kami tidur bersama, makan bersama, bermain bersama, bahkan kadang-kadang kamipun mandi bersama. Hahaha... masa2 bahagia. Aku menikmati jari2nya yang lembut ketika membelai kepalaku dan seluruh tubuhku. Dan akupun tau kalau dia sangat menikmati jilatan lidahku di wajahnya, di tangannya, di kakinya. Ya... kupikir kami memang lebih dari sekedar sahabat.

Tapi sekarang kami sudah berpisah. Tak pernah bertemu, tak ada kabar. Aku tak tahu dia sekarang berada di mana. Apakah hidupnya bahagia? Ataukah menderita? Yang lebih mengkhawatirkan lagi, apakah dia masih hidup? Ataukah.... ahhh...
Aku merindukannya. Apakah dia juga merindukanku? Mengingatku? Memikirkanku?

Lucu rasanya menangis sambil mengingat tentang dirinya. Mengingat waktu kami menangis bersama. Tertawa bersama, Berlari bersama. Aku ingat suatu malam, dia masuk ke kamar sambil menangis. Aku tak tahu apa yang membuatnya menangis. Aku hanya melihat dia menangis begitu sedihnya sambil duduk di atas ranjang. Aku tak bisa berkata apa2. Karena toh kalau aku bicara, dia tak akan mengerti apa yang aku bicarakan. Aku duduk di hadapannya, meletakkan tanganku di atas tangannya. Semakin lama aku melihat air matanya yang menetes, semakin sedih aku dibuatnya. Aku menciumnya. Aku menciuminya tanpa berhenti. Terus... dan terus. Berusaha mengeringkan air matanya dengan mulutku. Dengan lidahku. Mencoba mengatakan padanya, bahwa masih ada aku yang sangat menyayanginya, Sangat mencintainya. Dan diapun mengerti. Dia membelai kepalaku, lalu menarikku ke dalam pelukkanya. Malam itu kami tidur berpelukkan. Seperti malam2 sebelumnya.

Kadang2 memang susah hidup bersamanya. Kadang2 dia bisa menjadi sangat pemarah. Kalau aku membuat kesalahan, dia tak akan ragu2 untuk memukulku. Tapi aku tak keberatan. Karena dari situlah aku bisa belajar akan kesalahanku. Lagipula, setiap habis memukulku, dia akan langsung memeluk dan menciumiku. Mengatakan betapa cintanya dia padaku. Dan aku... aku berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Aahh... rasanya aku ingin memberikan apa saja agar bisa merasakan kehangatan pelukannya lagi. Merasakan lembut lehernya bersentuhan dengan leherku. Tidur berbantalkan lengannya. Belaiannya di kepalaku. Ciumannya. Aahh... aku sungguh ingin mengulang masa2 itu.

Di mana dia sekarang?

Kenapa kami berpisah? Akan aku ceritakan kenapa kami berpisah. Waktu itu, dia mulai semakin sering menangis. Semakin sering berteriak2. Semakin sering marah2 dan betengkar. Bukan denganku. Karena kami tidak pernah bertengkar. Dengan orang lain yang juga tinggal bersama kami. Aku tahu dia sudah tidak tahan tinggal di rumah itu. Tapi dia bertahan demi aku. Karena kalau dia keluar dari rumah itu, dia tau dia tak akan bisa membawaku. Dia bertahan dan terus bertahan. Sampai suatu saat, pertahanannya jebol. Dia benar2 tak kuat lagi. Suatu malam, tiba2 ada temannya datang membawa mobil yang sangat besar. Dan saat itulah mereka mulai mengangkati semua barang2nya ke dalam mobil. Dia bahkan sama sekali tidak memperdulikanku. setelah itu, dia pergi.

Kadang2 dia masih datang untuk menjengukku. Aku tahu dia masih sayang padaku. Sama seperti aku sayang padanya. Aku selalu menanti2kan kedatangannya. Dan dia terus datang. Itu saja sudah membuatku senang. Walaupun semuanya sudah tidak sama seperti dulu lagi, ketika kami masih tinggal bersama. Kami masih sering berlari bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Sampai suatu saat, dia pergi. Pergi dan tak pernah kembali lagi.

Ahh... mungkin dia kembali. Tapi dia tak sempat bertemu denganku. Karena aku sudah pindah. Pindah tanpa sempat berpamitan padanya. Tanpa sempat memberikan ciuman perpisahan. Dan sampai sekarang, aku masih menyesali kepergianku yang tanpa pamit ini.

Sekarang, yang kulakukan hanya duduk. Duduk di depan pintu, berharap suatu saat dia akan datang melewati pintu itu dengan senyumnya yang biasa dia berikan padaku. Dengan binar matanya menatapku, sama seperti waktu dulu. Tapi aku sadar, itu semua sudah berlalu. Dia tidak akan datang. Tapi aku tak akan berhenti menunggu. Menunggu dan terus menunggu. Dan bila suatu saat dia benar2 datang, aku akan langsung menyambutnya dengan goyangan ekorku yang panjang, dengan seringai wajahku yang menurutnya lucu, dengan salakan gembiraku yang dulu selalu menyambutnya. Ya! Aku akan menunggunya terus, sama seperti dulu aku menunggunya pulang kuliah.

Woof... woof....

Sunday, June 12, 2005

Friendster. Sepertinya sekarang lagi demam friendster dimana2. Setiap saya ke warnet, selalu saja ada orang yang sedang membuka friendster. Saat saya makan di foodcourtnya Ciwalk, ada juga beberapa cewe yang dengan centilnya cekikikan sambil ngomongin cowo yang baru mereka kenal lewat friendster yang keren, gaul, ganteng. Saat saya menikmati secangkir kopi panas di starbucks, ada juga beberapa lelaki yang ngomongin tentang janda beranak 1 yang masih singset dan fuckable, tentunya, yang mereka temukan dari friendster. Bahkan saat saya berdesak2an di angkot sambil berusaha melindungi tas kamera sayapun, saya masih bisa mendengar beberapa anak SMA yang bicara tentang fitur2 terbaru dari friendster. Wabah friendster sudah menjalar dimana2. Dari yang muda sampe yang tua

Saya mulai berpikir. Sebenernya apa sih gunanya friendster? Sepertinya cuma ajang untuk pamer foto, dan testimonial yang pastinya keren2. (iyalah, soalnya testimonial yang busuk2 pasti di reject.) Berarti friendster tu berguna untuk ajang memuji diri sendiri yang di lakukan secara halus. Dengan cara membuat seolah2 orang lainlah yang memuji2 dia.

Saya sendiri punya 1 account friendster. Yang sama sekali tidak berisikan foto saya. Mula2 saya bikin acc ini cuma sekedar iseng. Tapi setelah beberapa kali chat, saya jadi agak2 merasa risih ttg friendster ini. Banyak orang yang chat dengan saya, langsung minta id fs untuk di add friend. Helloooo??? Saya bahkan sama sekali tidak kenal dengan orang ini. Baru berbicara lewat komputer beberapa kata, dan suddenly dia udah ngerasa temen saya? Dan merasa bebas untuk meng-add friendster saya? Bentuk pertemanan seperti apakah ini? Seharusnya kata 'Friend' di friedster itu di ganti aja. Jadi Stranger. Jadi Stranger-ster. Hahahahahaha. Ok, saya emang ga berbakat untuk membuat nama.

Pertama2 emang asik yah kalo ada yang nanya, "hey, punya fs?", dan kita bisa jawab "yap, punya". Kesannya kita ngga ketinggalan trend gitu. Tapi setelah sekian lama jadinya bosen juga. Emangnya ga ada sesuatu yang lebih menarik untuk di bicarakan gitu dari pada sekedar friendster dan friendster lagi? Tapi akhirnya saya mengerti juga kenapa orang2 ini selalu nanyain acc friendster dan langsung meng-add orang yang bahkan gak mreka kenal sama sekali. Mereka punya sindrom Pengen-Di-Sebut-Punya-Banyak-Teman yang akut!!

Jadi friendster, selain untuk pamer pic yang cantik2, ganteng2, dan lucu2, trus untuk pamer testimonial yang keren, alias ajang untuk memuji diri sendiri secara halus, Frenster juga ajang untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita adalah orang paling gaul sedunia!!!

Jadi marilah beramai2 membuat acc di friendster, sodara2!!!

Wednesday, June 08, 2005

Beberapa kali masuk ke Irc, berkenalan dengan banyak orang dengan bermacam2 karakter. Walaupun pada akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa yang namanya cowo, nggak jauh beda. Mereka semua punya 2 otak, yah well, tidak terlalu shocking yah, karena mereka juga punya 2 kepala. The thing is, ternyata otak di kepala bawah merekalah yang lebih banyak bekerja daripada otak atas mereka yang notabene lebih besar ukurannya.

FYI, nick yang saya pakai adalah LadyVamp. Kebanyakan cowo2 yang msg saya membuka obrolan dengan pick up line yang sungguh sangat edukatif:

[Co-ini-itu] hai, suka isep ya?

[lelakibodoh] isepin punya gue dong...

[otaksayasebesarkutu] Suka isep darah ya? Atau peju? *helloooo????*

[terobsesipadaalatkelamin] ML yuk

Langsung saya kembali menilik nick yang saya pakai. Apakah nick yang saya pakai berbau2 sex? Apakah nick saya mengundang abusing? Ada apa dengan nick saya? Tapi saya merasa nick yang saya pake biasa2 aja tuh. Nggak ada yang aneh? Jadi kenapa begitu banyak msg yang masuk yang isinya seperti itu? Akhirnya saya sampai pada kesimpulan yang udah saya tulis di atas tadi.

Beberapa msg lagi yang lebih beradap, tapi tetap edukatif:

[Sayatidakperlupintar] Hai, asl pls

[lelakicanggung] asl pls

[botol] aslnya dong

[mangkok] asl?

Setelah menemukan msg yang hampir serupa, saya jadi mikir. Sebenarnya ada apa dengan Dalnet dan Asl Pls? Sepertinya tidak bisa di pisahkan. OMG!! Tidak bisakah membuat percakapan yang sedikit lebih menarik tanpa harus menyebutkan kata2 sakti itu? Dan entah kenapa, orang2 yang memakai kata2 pembuka seperti ini, adalah orang yang bisa di pastikan nggak asik di ajak ngobrol. Orang2 yang hobi melontarkan pertanyaan2 tolol dan nggak penting. Pokoknya, plainly membosankan!!!


Setelah beberapa lama, akhirnya ada juga yang msg dengan pick up line yang cukup, well, menarik. No sex talking, no asl pls involve. Setelah beberapa lama ngobrol nggak jelas, akhirnya saya memutuskan...ok, orang ini menarik.

Setelah itu, pembicaraan di lanjutkan lewat telpon dalam sesi2 yang menarik dan cukup intens. Gila! hampir tiap hari. Semakin hari, semakin sering ngobrol lewat telpon, semakin menarik orang ini, saya rasakan. Dan FYI, suaranya damn so sexy! Tapi semakin banyak kamu berbicara dengan seseorang, kamu akan semakin tau orang seperti apakah dia. Dari percakapan yang saya lakukan, ada beberapa kesimpulan yang saya tarik dari orang ini:

1. Dia phisically attractive. Kalo ga bisa di bilang Good looking.
2. Hard worker.
3. With good money. Well, bahasa gaulnya mah... tajir!
4. Well educated, dengan kata lain, Smart!
5. Hedonist.

Pokoknya tipe2 cowo yang akan saya liat dengan sebelah alis terangkat. Tipe2 cowo yang paling saya benci. Ok, ok... emang mungkin terdengar aneh kalo saya membenci lelaki yang sepertinya sangat perfect itu. Tapi kalo mo jujur, saya memang benci sama tipe2 cowo yang bener2 out of reach. Yang nggak bisa saya dapetin. Hahaha... jadi mungkin saya benci karena saya sirik. Hey! Saya kan cuma manusia.

Dan percakapan terakhir kami, yang membuat saya semakin benci *ntah benci sama dia, atau benci sama keadaan karena dia bener2 out of reach!*:

Saya : Jadi, kriteria seperti apa yang harus ada pada seorang cewek, untuk bisa jadi pacar kamu?
Dia : Pertama dia harus cantik! Itu kriteria nomer 1. Karena gimanapun, yang pertama diliat tuh fisik.
Saya : Jadi kalo nggak cantik, nggak mungkin bisa jadi pacar kamu ya?
Dia : Jelas nggak bisa! Cantik itu nomer 1!
Saya : Ok, terus?
Dia : Yang kedua, cewe itu kalo bisa bukan cewe yang smart!
Saya : Wah, aneh. Biasanya cowo lebih suka cewe smart.
Dia : Oh gue nggak suka cewe smart. Kalo cewe gue smart, ntar bisa2 gue di kudeta.
Saya : Hahahaha *dalam hati melongo*

Ternyata masih ada yah yang model kaya gini? Dan saya mikir, berarti pacar buat dia sama dengan pajangan dong? Yang penting cantik, bisa di bawa kemana2 tanpa ngerasa malu, bisa di pamer2in. Otak kosong nggak masalah. Yah emang sih, yang namanya selera mah nggak bisa di atur2. Yah, asal dia nggak lupa untuk masang brongsongan di mulut cewenya aja. Tau kan brongsongan? Brongsongan tuh penutup mulut untuk anjing kalo lagi mo di suntik di dokter hewan, supaya nggak ngegigit. Soalnya biarpun cewenya cantik dan ga malu2in buat di pamerin, tapi begitu dia buka mulut, ketauanlah begonya. Hahaha... jahat banget yah saya.

Ok, mungkin saya memang si sirik. Hahaha... saya berpikiran sejahat itu hanya karena saya cuman bisa memenuhi 1 dari 2 persyaratan mutlak yang dia ajukan.
Syarat pertama, jelas nggak bisa saya penuhi. Saya jauh sekali dari kata cantik.
Tapi untuk syarat kedua, cewe bodoh, lelet, lamban, NAH ITU SAYA SEKALI!!!!

Saturday, May 28, 2005

Ok, beberapa hari ini blogger sungguh menyebalkan! Atau emang koneksi warnet ini aja yang kentut? Atau emang saya aja yang lagi sial? Well, belom ada ide menulis lagi. Jadi maab2 aja kalo belom update2 lagi. Sibuk sibuk...

Sibuk memikirkan lelaki mana lagi yang mau saya bunuh kali ini! *Ya gak Kuds? Boykiller, huh?*

Haaahahahahaha....

Wednesday, May 11, 2005

no_one_important: Hai

peterpan_hater: hai juga.

no_one_important: benci ama peterpen ya?

peterpan_hater: yup!

no_one_important: emang kenapa sih benci ama peterpan?

peterpan_hater: emang kenapa sih suka ama peterpan?

no_one_important: Kan lagunya enak2

peterpan_hater: justrunya. too ear friendly. jadi sebel.

no_one_important: Kok aneh sih? bukannya justru ear friendly jadinya banyak yang suka.

peterpan_hater: ya itulah. saya benci peterpan karena banyak banget yang suka peterpan.

peterpan_hater: gimana ga mau benci? naik angkod, di setiap perempatan pengamen selalu nyanyiin lagu peterpen.

peterpan_hater: peterpen tuh udah jadi kaya momok buat saya! pembokat kosan saya suka banget peterpen, sampe bela2in nonton ke gasibu. setiap acara di tv ada peterpan, dia teriak2 pengen nonton.

peterpan_hater: tetangga sebelah setiap pagi nyetel peterpan kenceng2 banget. di setiap tempat, mall, tempat makan, tempat nongkrong, selalu ada aja lagu peterpan terdengar.

no_one_important: yah, biasalah itu mah. masa gitu aja kamu jadi benci ama peterpan?

peterpan_hater: ya gimana ngga benci kalo ternyata itu semua ngaruh ke saya? Setiap jalan kaki saya selalu menyenandungkan lagu2nya peterpan. Setiap nungguin angkot, mandi, boker...

peterpan_hater: lagu2nya berdengung2 di kuping saya, di otak saya, sampe di dalam mimpipun masih ada tu lagu peterpan.

no_one_important: wah! berarti kamu suka dong ama peterpan kalo sampe segitunya?

peterpan_hater: ngga! Saya benci peterpan! Saya benci Ariel!

no_one_important: kok benci ariel? karena dia hamili anak orang?

peterpan_hater: bukan!! karena setiap ngeliat matanya ariel, i feel like masturbating!

no_one_important: hahahaha.... itu sih bukan benci. itu doyan!

peterpan_hater: Yeah, yeah, whatever you say lah... pokoknya am the worst peterpan hater in the whole world.

Saturday, May 07, 2005

Ternyata masih ada seorang anak kecil yang berdiam di dalam diri saya. Terbukti dari, SAYA MASIH BISA JATUH CINTA DENGAN TOKOH DI DALAM KOMIK!!!

Semalam saya baca komik Pansy, seorang gadis kecil yang di besarkan oleh simpanse di afrika, yang akhirnya jatuh cinta dengan putra mahkota kerajaan Roland. Dan pada putra mahkota Kerajaan Roland ini jugalah saya jatuh cinta. Absurd? Not really. Coba aja inget2 jaman2 waktu kita masih kecil. Waktu itu komik jepang yang beredar cuma Candy2. Buat cewek2 pasti udah pernah baca komik ini. Bahkan sebagian besar cowok yang saya kenalpun baca. Yap! Cewe kecil mungil yatim piatu yang jatuh cinta dengan Anthony, seorang anak dari bangsawan Inggris. Dan BOHONG kalau cewek2 mengakut NGGAK jatuh cinta dengan tokoh Anthony yang akhirnya mati kecelakaan jatuh dari kuda. Saya sendiri menangis sejadi2nya waktu membaca Candy2 seri ke 2 ketika si Anthony di kisahkan melayang dari atas kuda yang kakinya terjepit perangkap binatang, dan jatuh mendarat dengan keadaan yang tidak bernyawa. Baca terus... baca terus... akhirnya Candy bertemu dengan Terrance atau Terry. Versi gondrong Anthony, yang juga anak bangsawan. Mereka jatuh cinta. Mengalami perjalanan yang tidak mulus. DAN SAYA JATUH CINTA JUGA DENGAN TERRY! Tidak berhasil dengan hubungannya dengan Terry, yang akhirnya lebih memilih Suzana, teman main theaternya yang cacat akibat menyelamatkan Terry, Akhirnya Candy menjalin cinta dengan Albert, alias Paman William yang selama ini telah mengangkatnya jadi anak. Anak kok dipacarin? Well, akhirnya Happy ending. Seperti komik2 yang lain. Dan guess what? SAYA JUGA JATUH CINTA DENGAN WILLIAM ALBERT!!! Coba hitung! Dalam satu seri komik saja, sudah berapa kali saya jatuh cinta pada tokoh yang ada dalam komik itu? Tapi itu terjadi dulu. Duluuu sekali. Mungkin saya masih SD.

Tapi sekarang? Ketika saya berumur pertengahan 20an, ternyata saya masih mempunyai sisi kekanakan dalam diri saya. Mungkin sebenernya, ada sisi kanak2 dalam setiap orang. Dan mungkin itulah yang jadi jawaban kenapa orang2 yang udah punya jenggot, berbulu kaki lebat, keriput di ujung2 bibir, tapi masih suka main PS. Dan mungkin sisi kanak2 ini juga yang selalu bisa membuat kita lebih kuat Well, cobalah latih sisi kanak2 kalian dengan banyak2 membaca buku anak2. Walaupun kadang2 sedikit garing, tapi dari situ kalian bisa dapet sesuatu. itu pasti.

Oh iya! Saya juga jatuh cinta dengan kuda besarnya Pipi Longstocking!!!

Sunday, April 24, 2005

Sepertinya hidup saya mulai membosankan. Liburan memang membosankan. Tidur2an, baca buku, menghisap marlboro putih, tidak bisa menolong!!!

Bahkan Russel Crow dan Beautifull mindnya, Will Smith dengan SharkTale nya SAMA SEKALI TIDAK MENOLONG!!!

Astaga!! Semoga ada kejadian, satu kejadian saja yang bisa menghilangkan kebosanan.

Sendiri = Bosan.
Rame = Mengganggu.
Nongkrong ama temen = Helloo... SAYA TIDAK PUNYA TEMAN!!!

Ah ya! Mari kita menghabiskan film di gasibu. Banyak orang yang cukup gila untuk menghabiskan waktu disana, tapi tidak cukup gila untuk melakukan hal yang lebih gila dari pada sekedar main bola!

Thursday, April 21, 2005

Ada 1 kata yang sangat sederhana, cuma terdiri dari 4 huruf, ngga susah pronounce nya, tapi susah banget di ucapin.

Yap! Kata 'Maaf'.
Sederhana kan bentuk katanya? Tapi ntah kenapa suka susah aja buat ngucapinnya.

Ok, saya tau kalau manusia itu mahluk yang ber-ego. Bahkan kadang2 egonya begitu besar, sampe2 ngucapin kata yang sesederhana itu aja susaaaah banget. Setelah beberapa saat memikirkan hal ini sambil nongkrong di WC, saya sampai pada kesimpulan kenapa manusia susah banget ngucapin kata maaf, karena mengucapkan kata maaf itu sama aja dengan mengakui kesalahan kita. Nah mengakui kesalahan sendiri itu kan sama beratnya dengan ngegotong kebo 3 ekor pake 1 tangan. Tapi ngga bisa dipungkiri, kita semua, manusia, sebesar apapun ego kita, suatu hari harus ngucapin kata maaf juga kan.

Akhirnya karena harus tetep ngucapin maaf, tapi sama sekali ga mau kehilangan egonya, ga mau mengempiskan kepala sedikitpun, akhirnya manusia menciptakan metode baru dalam mengucapkan kata maaf. Pernah denger ga orang yang udah jelas2 salah, tapi ngomong "Ya Maaf, tapi situ juga sih....bla bla bla"? Nah itulah metode baru pengucapan MAAF. Maaf, tapi lo juga sih..., Maaf ya, tapi abisnya elo gitu...., dan Maaf-Tapi2 lainnya. Ngucapin maaf, tapi ngga mau mengakui kesalahan sendiri. Ngucapin maaf, tapi tetep melimpahkan kesalahan ke orang lain. Ngucapin Maaf, tapi masih menuduh dan menunjuk orang lain. Itu metode terbaru pengucapan kata maaf! Jadi kalopun terpaksa ngucapin kata maaf, kita ga perlu ngakuin kesalahan kita. Jenius!!! Ego kita terselamatkan!

Tapi semakin dipikir lagi, bukankah kata 'Maaf' itu mestinya di ucapin dengan segala kerendahan hati, ngilangin ego, dan tulus? Tapi yah... namanya juga manusia, lebih baik makan taik daripada ngakuin kesalahan diri sendiri.

Ah, who am I talking, toh saya juga manusia....

Wednesday, April 20, 2005

Talk to me, please.... kinda lonely up here :D
YM : dying_eve

or email me
dying_eve@yahoo.com

Kamu boleh mencaci, memaki, atau apa saja.

Sunday, April 10, 2005

Perempuan itu bernama Sakuntala. Semua orang memanggilnya Tala, walaupun sebenarnya dia lebih suka di panggil Sakuntala. Dia ngga tau kenapa dia di namai Sakuntala, dia ngga tau arti dari namanya, yang dia tahu hanyalah Sakuntala adalah nama dari pewayangan jawa, sama seperti darah jawa yang kental mengalir di dalam tubuhnya.

Seorang perempuan yang sukses dalam karirnya. Pada umurnya yang masih pertengahan 20an, dia sudah menjadi salah satu fotografer di sebuah majalah wanita internasional. Sudah begitu banyak foto2 hasil jepretannya yang di nikmati oleh sebagian besar wanita karir di negri ini. Dia selalu merasa hidupnya cukup. Cukup bahagia mempunyai keluarga yang begitu memperhatikannya. Mempunya orang tua yang sangat mencintainya. Karir yang membanggakan. Penghasilan yang memungkinkannya membayar semua tagihan-tagihannya di akhir bulan. Apartemen yang selalu memberinya rasa nyaman setiap pulang setelah seharian lelah bekerja. Dia punya Barley. Anjing Pug kecil yang sudah di peliharanya 2 tahun ini. Dan dia selalu punya teman berbicara, Donald dan Desy, ikan mas koki peliharaannya. Punya banyak teman baik, yang selalu ada saat dia butuhkan, yang selalu datang begitu di panggil. Semuanya sempurna. Hidupnya sempurna. There's nothing to complain about.

Dan di sanalah dia. Berjalan ringan dengan senyum mengembang. Merasa segar di antara udara pagi dan semburan asap knalpot metromini. Dengan camisole warna kaki yang baru di belinya kemarin di plaza senayan, celana kargo ketat berwarna hitam, dan blazer dari kulit yang terlihat begitu pas di tubuhnya yang tinggi dan langsing sepertinya blazer itu memang di bikin khusus untuknya, dengan tas hitam yang di sangkutkan di pundak kirinya. Wajahnya yang biasa saja, tidak terlalu cantik, tapi juga bukan termasuk wajah yang membuat para lelaki langsung membuang muka jika melihatnya, di poles sangat sederhana. Hanya moisturizer, sedikit foundation dan bedak baby. Mungkin kalau di lihat lebih jelas, akan nampak riasan mata sederhana seperti yang biasa di pakainya kalau ke kantor. Pulasan warna ungu muda menghiasi kelopak matanya yang lebar di padu dengan sapuan eye shadow berwarna abu2 di atasnya, membuat matanya terlihat lebih lebar dan lebih dalam. Di pipinya, terlihat sedikit sapuan blush on berwarna coklat tua yang membuat tulang pipinya terlihat lebih tinggi. Lipstick berwarna nude di bibirnya di beri aksen basah dengan menggunakan lip gloss cair membuat bibirnya terlihat lebih penuh. Rambutnya yang hitam dan panjang kali ini di gelung ke atas membentuk konde kecil yang di tahan dengan tusuk 2 konde lancip seperti sumpit untuk makan mie. Atau jangan2 itu memang sumpit? Yang jelas, 2 kata untuk penampilannya. Exotically attractive. Orang yang sinis akan menyebutnya 'cantik-karena-make-up'.

Ada apa dengan senyumnya hari ini? Senyumnya begitu lebar, membuat matanya yang bulat itu jadi semakin berbinar-binar. Ada yang lain dari senyumnya kali ini. Jangan salah sangka. Sakuntala adalah gadis yang paling murah senyum yang pernah ada. Sepertinya senyumnya tak pernah habis. Tak pernah kering. Selalu ada menghiasi wajahnya. Perempuan manis. Perempuan ramah. Tapi memang ada yang lain dengannya hari ini. Senyumnya lain.

4 jam kemudian...

Sakuntala masih dengan dandanan yang sama, keluar dari pintu kantornya menjinjing tas kamera nikon di tangan kanannya, masih dengan tas hitam kotak di bahu kirinya, dan tas hitam panjang di tangan kirinya. Mungkin tripod. Ada beberapa helai rambut yang lepas dari gelungan konde kecilnya. Dia berjalan menuju arah datangnya tadi pagi. Masih dengan sunggingan senyum yang sama. Sekarang sudah hampir jam 1 siang. Waktunya makan siang. Ah ya!!! Dia memang akan pergi makan siang. Kemarin dia bertemu seorang pemuda. Pemuda yang menjadi model fotonya. Waktu itu Sakuntala sedang membuat foto untuk iklan jeans keluaran terbaru, dan pemuda itulah modelnya. Dan hari ini mereka akan makan siang bersama. Pemuda itu menunggunya di taman ngga jauh dari kantor Sakuntala. Dan sepertinya menuju kesanalah Sakuntala berjalan.

Dia berjalan, dan terus berjalan. Sampailah dia di seberang taman itu. Dan lihatlah! Pemuda itu sudah di sana. Terlihat tampan dengan t-shir abu2 yang di padukan dengan jeans kumal berwarna hitam serta jacket suede berwarna hitam. Pemuda itu melambaikan tangan pada Sakuntala. Dan Sakuntalapun membalas lambaiannya disertai dengan senyumnya yang membuat wajahnya terlihat begitu bahagia. Yah sepertinya pemuda itu menambah kesempurnaan hidupnya. Apalagi yang bisa dimintanya untuk melengkapi hidupnya? Keluarga yang begitu memperhatikannya, orang tua yang sangat mencintainya, karir yang membanggakan, penghasilan yang memungkinkannya membayar semua tagihan-tagihannya di akhir bulan, apartemen yang selalu memberinya rasa nyaman setiap pulang setelah seharian lelah bekerja, Barley, Donald dan Desy, banyak teman baik, dan sekarang pemuda model yang tampan yang akan segera mengisi hari2nya.

Terlihat semangat di wajah Sakuntala. Sepertinya dia begitu bergairah bertemu pemuda itu. Begitu senang. Terburu2 hampir berlari dia menyebrangi jalan. Matanya tak lepas dari sosok gagah yang sepagian ini mengisi pikirannya. Sakuntala sedikit kerepotan dengan bawaannya yang begitu banyak. Tapi itu tidak membuat semangatnya surut. Dia berjalan sangat cepat menyebrangi jalan yang besar dan lengang itu. Bahagia. Begitu bahagia sampai dia tidak mendengar deruman kencang yang berubah menjadi decitan-decitan keras ban mobil yang selip. Dan ketika ia menoleh ke arah kiri, dia hanya sempat melihat sebuah bentuk. Bentuk yang begitu besar yang dengan sangat cepat melaju ke arahnya dan menabraknya dengan keras. Begitu kerasnya sampai terdengar suara kraaak yang sangat keras. Suara tulang yang remuk terhantam benda keras. Semoga ia tak sempat merasakan sakit.

Dan 3 meter dari pemuda itu, pemuda yang masih terperangah, terdiam ditempat dengan mata terbuka lebar2, shock, di sanalah aku. Duduk diam menyaksikan semuanya. Lalu pelan2 kubereskan pensil dan kertas dan gambar2ku. Dan ketika semua orang yang ada di situ berlarian menuju ke tengah jalan untuk melihat apa yang terjadi, aku bangkit dari kursi taman yang kududuki, dan berjalan pelan2 ke arah yang berlawanan.

Mungkin memang itu yang terbaik, Tala. Semua orang akan mengingatmu. Mengingat semua kejayaanmu. Memang terasa tidak adil. But that's life. Unfair.

And your life, baby girl.... Your life is too perfect to be true!

Wednesday, March 23, 2005

Air mata. Darimana datangnya? Ngga pernah kering. Selalu ada saat di butuhkan. Tapi siapa yang butuh air mata? Siapa yang mau terus menerus mencucurkan air mata? Saya ngga mau! Saya ngga pernah menangis bahagia. Buat saya, bahagia sama dengan tersenyum. Dan menangis sama dengan kesedihan, kepedihan, kesakitan. Siapa yang mau sakit? Saya ngga mau!

Dan sekarang, untuk tersenyum aja saya males! Untuk apa tersenyum kalau ternyata semua orang bisa ngeliat mata saya yang bengkak dan sembab.
Ah saya lupa. Ternyata saya tidak punya cukup teman yang akan menyadari kalau mata saya sembab.

Sepertinya terlalu susah untuk mengerti saya.

Yang saya mau simple. Ngga macem2. Ngga neko2. Simple, ngga berbelit2, simple, praktis. Tapi sepertinya pikiran manusia sekarang ini udah begitu terkontaminasi dengan hal2 yang rumit. Alat2 elektronik yang semakin rumit. Hp yang semakin rumit dengan fitur2 yang semakin banyak. Sekolah yang semakin rumit dengan mata-kuliah2 yang ga penting. Semua semakin rumit hingga akhirnya pikiran manusia ngga bisa mengerti hal yang simple.

Yah mungkin bukan ngga mengerti hal yang simple itu. Tapi ngga mengerti kenapa ada orang yang bisa berpikir sesimple itu. Ngga bisa menerima kenapa pikiran saya sesimple itu.

Tapi saya ngga pernah bisa berpikir serumit semua orang. Even tho I've tried.

Ah mungkin saya hanya plainly bego aja.

Saturday, March 05, 2005

Aku bermimpi lagi malam ini. Mimpi yang sama dengan yang selalu aku mimpikan beberapa malam belakangan ini. Aku melihat diriku berlari, dan terus berlari. Sambil sesekali menoleh ke belakang wajahku terlihat ketakutan seperti ada yang sedang mengejarku. Apa yang membuatku ketakutan? Apa yang membuatku terus berlari? Apakah yang mengejarku? Apa yang aku lihat setiap menoleh ke belakang?

Di dalam mimpiku, aku berlari, dan berlari. Aku melihat sekelilingku, yang kulihat hanya pohon. Pohon2 yang besar dan tinggi. Pohon2 itu begitu rimbun sehingga membuat suasana terlihat remang2. Ini siang? Ataukah malam? Lalu aku menoleh ke belakang. Mencari2. Dan tetap yang kulihat pohon2 besar yang bergerak menjauhiku. Lalu aku kembali melihat ke depan, berharap menemukan jalan setapak yang bisa aku lalui. Jalan setapak yang menuju ke suatu tempat. Dan bukannya hanya berputar2 tanpa tujuan seperti ini. I think I'm lost.

Aku berhenti sebentar. Mencoba mengatur sengal2 nafasku. Dan ketika kembali aku melihat sekitarku, aku melihat pasir. Banyak sekali pasir. Berton2 pasir. Aku tidak melihat ada tanaman, tidak ada bangunan, tidak ada apa2. Hanya pasir. Pasir dan sinar matahari yang begitu terik. Aku melihat ke belakang, dan tidak ada apa2 disana. Lalu rasa itu mulai datang. Rasa ketakutan yang begitu besar. Dan akhirnya aku kembali menggerakkan kakiku. Aku harus berlari. Aku harus berlari lagi. Kali ini lebih cepat. Karena rasa takut itu semakin besar.

Terseok2 aku di pasir. Berlari dengan susah payah. Keringatku bercucuran. Sesekali aku terjatuh dan bangun lagi dan meneruskan berlari. Aku harus lebih memperhatikan jalan. Dan itulah yang kulakukan. Berlari sambil terus melihat ke jalanan pasir yang tidak ada habisnya ini. Dan tiba2 aku melihat rumput di bawah kakiku. Rumput yang hijau dan segar. Lalu akupun mendongakkan kepalaku dan melihat ke sekeliling. Dan aku di hadapkan ke sebuah pemandangan yang begitu mencengangkan. Aku melihat sebuah kolam yang besar dengan air yang biru dan jernih. aku melihat pohon2an di pinggir2nya. Dan di tengah2 kolam itu, atau danau? Aku melihat beberapa ekor angsa sedang berenang2 dengan asiknya. Kadanga2 memasukkan kepala mereka kedalam air dan keluar dengan seekor ikan tercepit di moncongnya. Dan di sebelah kiri aku melihat ada taman bunga yang begitu indah. Sangat indah. Belum pernah aku melihat taman begitu indah. Dan terpikir olehku, aku harus berhenti. Berhenti berlari dari apapun yang mengejarku. Aku harus beristirahat. Tidak! Aku harus berhenti. Benar2 berhenti. Aku ingin tetap disini. Aku ngga mau pergi dari tempat ini. Tolonglah... tolong jangan buat aku pergi dari tempat ini. Tempat ini begitu indah. Begitu tenang. Begitu damai. Aku ingin merasakan kaki2ku yang lelah terendam dalam dinginnya air danau itu. Aku ingin merasakan membasuh rambutku di dalamnya. Aku ingin duduk di bawah pohon yang rindang itu. Aku ingin mencium harumnya bunga2 yang ada di taman itu. Aku ingin berkejar2an dengan kupu2. Aku ingin tetap di sini. Dan aku akan tetap di sini.

Aku menengok ke belakang, dan rasa takut itu menjadi semakin besar. Haruskah aku melanjutkan berlari lagi? TIDAK! Aku tidak akan berlari lagi. Dan perlahan2, rasa takut itu berangsur2 menghilang. Saat itu aku merasa seperti melayang2. Begitu bahagia, begitu tenang. Dan rasanya begitu menyenangkan.

Dan ketika aku melihat ke bawah, aku melihat tubuhku. Terbaring dengan senyum di wajahku. Tidak bergerak, tidak bersuara, tidak bernafas....

Ternyata, ini bukan mimpi....

Wednesday, March 02, 2005

Okay... saya agak bingung dengan fungsi blogger sekarang ini. Setau saya, blogger ini dulunya tempat buat nyurahin semua yang ada di otak, atau semua yang ada di hati, atau mungkin tidak ada di otak, tidak ada di hati, tapi yang jelas semua yang pernah di alamin deh. Yah.. bahasa sederhananya sih mungkin semacem diary online lah ya. Diary yang bisa di baca siapapun yang sedang online. Hahaha...

Berarti blogger adalah sesuatu yang di baca yah.

Tapi dengan semakin bertambahnya waktu, kayanya blogger sekarang bukan hanya sekedar diary online deh. Sekarang mungkin lebih ke ajang-coba2-belajar-bikin-web-kecil2an. Yah apalagi kalo kamu suka blog walking, kamu pasti akan nemu blogger dengan template yang keren2 abis. Yang akhirnya orang akan lebih ngeliat templatenya yang keren2, daripada isinya. Orang bawaannya jadi males baca isi dari blogger itu. apalagi kalo isinya tulisan yang panjang2.

Jadi blogger sudah beralih fungsi?

Sekarang kalo kamu rajin2 ngeliat di tagboard blog mana aja, pasti ada aja yang isinya "nice template", atau "wah templatenya keren banget". Yah... its ok sih. Cuman Helloooo.... kayanya orang2 bikin blogger tuh karena berharap tulisannya di baca orang laen deh. Atau ada 2 macam orang pemilik blogger? Orang yang pengen tulisannya di baca orang, dan orang yang ingin templatenya di liat orang?

Yah... well, what do i know... toh saya juga termasuk orang baru di dunia perbloggeran.

Monday, February 28, 2005

Anjing! Rasa sakit itu datang lagi! Sudah sebulan belakangan ini aku mulai merasa ngga enak dengan tubuhku. Ngga napsu makan. Not even gado2 Pak Tomo yang biasanya bisa 2 piring aku habiskan. Kram perut yang semakin sering, pegel2 di daerah pinggangku. Arrghhh... Kalau bisa, pengen rasanya kucopot saja pinggang ini.

Setiap hari dimulai dengan : Migrain, mual2, muntah2, pusing2.

Dan selalu di akhiri dengan : Migrain, lemes, mual2, pusing2.

Dan di antaranya : Mencium bau nasi di masak, muntah! Mencium bawang di goreng, muntah! Mencium ayam di kukus, muntah! Mencium bau parfum yang paling harumpun, muntah!!!

Perutku bahkan tidak sempat terisi taik!

Aku melihat kursi makan warna emas itu, dan ingin rasanya aku mengangkatnya dan memukulkannya ke tembok keras2. Biar patah semua kakinya.
Aku melihat jambangan hitam berisi bunga Lily merah muda itu, dan ingin rasanya aku membantingnya ke tanah. Biar pecah! Hancur berantakan.
Aku melihat lukisan burung merak yang indah itu, dan ingin rasanya aku merobek2nya dengan pisau lipat yang selalu ada di sebelah tempat tidurku.

Aku ingin menghancurkan semuanya! Aku benci semuanya!

Ah, segelas teh panas mungkin bisa membuat semuanya jadi lebih enak. Ya! Segelas teh hangat, koran pagi dan duduk di beranda depan dengan udara yang masih sejuk.

Di teras depan : Membuka halaman pertama koran pagi. BBM NAIK?!?!? Sapa yang harus aku bunuh karena ini?
Masih di teras depan : Menyeruput teh panas yang mulai menghangat. Lalu berlari2 ke kamar mandi.
Di kamar mandi : Muntah2!
Kembali ke teras depan : Males minum teh, males baca koran. Semuanya sama aja. Melihat pejalan2 kaki yang melewati rumahku yang ada di gang kecil dan becek. Dan kadang2 banjir. Lelaki tua dengan seragam abu2, naik sepeda kumbang, membawa tas berwarna hitam dengan potongan rambut yang rapih dan klimis. Terlalu banyak memakai minyak rambut. Mungkin seorang guru yang mengajar di sekolah dasar di ujung gang ini. Aku jadi ingat guru Bhs Indonesia di SDku dulu, yang suka sekali membuat aku berlari2 keliling lapangan volly hanya karena ngga ngerjain PR. Lagian apa sih gunanya PR2 itu? Ingin rasanya kutarik rambutnya yang super rapi itu dan kujatuhkan dia dari sepedanya yang udah di lap sampai mengkilap itu.

"Jamu... jamu... bu jamune bu... Enten jamu beras kencur, enten jamu kunir asem kagem sing gelem awake singset, nopo jamu rapet wangi? Supoyo garwone nambah sayang." Yu Minah biasa dengan senyumnya yang ramah dan lenggak lenggoknya yang genit, yang biasanya bisa membuat aku tersenyumpun kali ini rasanya lain. Ingin rasanya aku membuat satu per satu botol2 jamunya itu, dan kutuang isinya ke atas kepalanya. "Dasar tukang jamu genit!" makiku dalam hati. "Sok sok ramah, padahal kerjaannya hanya ngangkang di bawah tubuh pak Jarwo yang tinggal 3 rumah dari sini", masih di dalam hati.

Ya! Aku memang benci semua orang. Aku benci semua yang ada di muka bumi ini. Aku benci!

Satu bulan ini membuat semua yang ada di diriku terasa tidak enak. Badanku tidak enak, hatiku tidak enak. Semuanya berhubungan. Kalau aku mulai merasakan migrain, segera saja aku langsung ingin menghancurkan semua benda yang ada di sekelilingku. Dan kalau aku merasa mual, segera saja aku ingin membunuh semua orang yang lewat di depan hidungku.

Aku nonton Tv semalam. Seorang ibu muda dengan wajah putus asa berkata dalam acara 'Hidup Sehat Bersama Hembing', "Saya tidak napsu makan, mual2, muntah2. Lalu saya sering terserang migrain, lemes dan pusing2. Cepet capek. Dan menstruasi saya terlambat. Saya pikir saya hamil, tapi ternyata... saya menderita kanker pada rahim saya *menangis tersedu2*". PERSETAN! Bener2 acara ngga mutu!

Dan semalam saya ingat, selama 3 bulan inipun menstruasiku tidak kunjung datang. Dan persetan dengan semua orang yang berusaha memberiku semangat dengan berkata "ah, paling cuman maag", atau "Kamu sedang stress aja kali", atau "Yah, kamu emang agak sedikit gemukan sih, mungkin pola makan aja yang lagi ga bener". Yang jelas ini menakutkan! Sangat menakutkan! Kurapatkan bed cover garis2 hitam putihku. Tapi aku ngga kedinginan. Jadi kenapa aku gemetar?

Pagi ini. Aku ke kamar mandi. Menghindari tatapan pembantuku yang menyelidik. Atau menghakimi? Aku mengambil test pack yang kemarin aku beli, di tengah derasnya hujan aku berlari ke apotik di depan gang, dan di bawah pandangan mencela si kasir, aku membayar test pack keparat itu. Dan sekarang, kubuka bungkus test pack itu, setengah merobek. Kukeluarkan benda panjang berwarna putih itu, dan aku duduk di kloset biruku. Pelan2, ku teteskan beberapa tetes air seniku.

Aku menunggu... dan menunggu... Kucengkeram celana baby doll unguku. Melihat ke langit2 kamar mandi. Menggigit bibir. Memandang ke mana saja selain ke benda panjang berwarna putih itu. Takut, berdebar, bingung. Memikirkan apa saja selain hasil dari test pack itu. Menunggu... dan menunggu...

Genap 3 menit! Dengan ragu2 kuangkat benda putih itu sampai setara dengan mataku. Dan hampir menangis melihat hasilnya...

Thursday, February 24, 2005

Ruangan ini terlihat lain. Tidak seperti biasanya. Ternyata seperti inilah kalau semua lampu di matikan. Semua sumber cahaya, sekecil apapun di tutup. Bukan. Bukannya aku ngga pernah mematikan lampu sebelum ini. Toh setiap malam aku harus tidur dalam keadaan gelap. Tapi tidak dengan keadaan seperti ini. Tidak dengan keadaan sesunyi ini. Tidak dalam keadaan sedingin ini.

Duduk di sudut kesukaanku ini tidak lagi memberikan rasa nyaman. Tidak lagi memberikan rasa aman seperti yang biasanya aku rasakan. Aku melongok ke jendela, berharap menemukan pemandangan-pemandangan yang biasanya bisa memberi aku kedamaian. Bisa memberi aku tawa2 kecil. Dan aku bisa melihat ibu tua yang tinggal di lantai atas yang bahkan sampai sekarangpun aku ngga tau namanya sedang membuang sampah seperti biasa seperti yang selalu dia lakukan di jam2 seperti ini. Aku melempar pandanganku ke arah jam duduk di atas meja di sebelah sofa hijau toscaku. Ah terlalu gelap. Tak terlihat. Tapi bisa dipastikan sekarang sudah lewat dari jam 7 malam. Karena jam segitulah biasanya ibu2 tua itu membuang sampah. Setelah makan malam. Kembali aku mengarahkan pandanganku ke jalanan yang tepat di bawah jendelaku. Sebentar lagi pasti mbak2 yang tinggal di seberang jalan akan segera melewati jalan pulang dari tempat kerjanya. Dan anak kecil yang di sebelah pasti akan keluar bersama 2 anjing pomnya.

Ahh... benar saja. Aku mulai bisa melihat 2 anjing yang berbulu lebat dan berkaki pendek itu. Anjing2 kecil yang biasanya bisa membuat aku tersenyum kecil, bahkan sampa tertawa terbahak2 itupun bahkan sekarang tidak bisa membuat ujung bibirku naik sedikitpun. Ah... malam ini begitu dingin, begitu sunyi, begitu menakutkan. Tapi mungkin setelah semuanya selesai, aku akan mendapatkan kelegaan.

Kembali aku melemparkan pandanganku ke ruangan yang dingin ini. Sofa hijau tosca ku terlihat lebih hijau, lebih gelap, bahkan mungkin cenderung ke hitam. Aku menyapukan pandanganku ke ujung sebelah kiri dimana di situ berdiri kitchen set kuningku yang kecil. Yang selama ini selalu setia menemani pagi2ku dengan telur ceplok, Roti bakar, bahkan walau hanya semangkuk mie instan pedas dengan potongan2 cabe rawit merah. Mungkin aku akan merindukan sudut dimana aku selalu belepotan tepung mencoba membuat kue yang selama ini ngga pernah berhasil aku buat. Ya! Kecuali malam itu. Malam ketika aku mengundang kamu untuk makan malam. Di sini. Dan akupun melemparkan pandanganku ke arah sofa hijau yang selama ini selalu menyambutku dengan bantalan2nya yang empuk dan nyaman. Yang selalu menemaniku di malam2 ketika aku yang kelelahan tertidur sambil menonton tv. Juga menemaniku mencoret2 agendaku, meneriksa semua janji2 pertemuan. Termasuk pertemuan pertemuan denganmu. Setiap kali keesokan harinya ada janji bertemu kamu ntah untuk wawancara, atau sekedar makan siang, aku selalu menatap agendaku berlama2, membayangkan apa yang akan aku bicarakan denganmu. Bahkan aku akan mulai merencanakan baju apa yang akan aku pakai besok. Dan pandanganku tertumbuk pada drawer kecil di sudut lain kamarku yang bersebelahan dengan kasur kecilku yang biasanya selalu memberiku rasa nyaman. Terlebih lagi untuk beberapa bulan belakangan ini, setiap aku membaringkan tubuh lelahku di sana, aku akan merasa sangat nyaman. Mungkin karena di spot itulah aku selalu membayangkan wajahmu. Tatapan dinginmu yang misterius, poni kecilmu yang sedikit terjuntai dan kadang mengganggu pandanganmu. Tempat dimana aku selalu merengkuhmu di dalam mimpi. Mimpi2 yang bisa membuat aku tersenyum ketika bangun di pagi hari ataupun mimpi2 yang bisa membuat aku berkeringat. See? Bahkan mimpipun semakin indah karena ada kamu di dalamnya. Mimpi yang selalu jadi inspirasi buat aku untuk menulis, menulis dan menulis lagi. Terlihatlah seperangkat komputer di atas meja di sebelah kasurku. Tempat dimana semua mimpi menjadi kata2. Komputerku yang selama ini membantuku menjalani hidup. Bahkan membantuku untuk selalu dan terus bertemu denganmu. Kalau komputerku bisa berteriak, mungkin dia akan berteriak protes karena tenaganya selalu kukuras untuk menulis artikel2ku, script2ku, atau bahkan hanya pemikiran2 pribadiku. Yah kalau memang komputer bisa berteriak, mungkin itu akan lebih baik. Setidaknya suaranya bisa mengisi kesunyian yang semakin lama semakin menakutkan ini.

Dan kembali aku melihat diriku sendiri. Duduk di sudut kesukaanku. Berpakaian seperti putri raja. Putri rajakah? Atau pelacur murahan? Aku mengeluskan tanganku ke pahaku yang berbalut rok satin berwarna hitam. Dan tanganku mulai merayap naik, merasakan halusnya bahan dari gaun malamku yang khusus kubeli untuk malam ini. Mungkin warna hitamlah yang paling cocok untuk situasi seperti ini. Atau seharusnya aku memakai warna merah? Karena mungkin setelah malam ini aku akan merasakan kelegaan yang luar biasa. Tapi mengapa aku masih merasa takut?

Jam berapa sekarang? Semakin malam. Semua rasa sesak, semua rasa takut, semua rasa ngeri, semua perih itu makin menggunung. Tapi toh ini harus diselesaikan juga. Jadi apalagi yang aku tunggu?

Kembali mataku menyapu seluruh ruangan apartement studio yang sudah aku tinggali selama 2 tahun ini. "Mata, mata, lihatlah... lihatlah untuk yang terakhir kalinya..."

Telinga, telinga, dengarlah untuk terakhir kalinya...,

Tangan, tangan, rabalah untuk terakhir kalinya....

Otak, otak, ingatlah untuk terakhir kalinya...

Hati, hati, rasakan untuk terakhir kalinya. Nikmati perih itu. Untuk terakhir kalinya

Aku memejamkan mata. Merasakan semua rasa sakit, putus asa, takut, bergairah, cinta...

Mulut, mulut, berbicaralah untuk terakhir kalinya...
"Cuma kamu... Cuma kamu yang bisa..."

Dan entah kekuatan darimana membuatku mampu mengangkat tanganku yang dari tadi hanya kugunakan untuk mengelus2 benda di tanganku. Menggenggamnya erat. Terlalu erat sampai getarannya tak tertahankan. Dan kutorehkan sisi tajamnya di pergelangan tanganku. Tepat di tempat terletaknya urat nadiku. Dan aku bisa merasakan cairan hangat itu keluar.

Memejamkan mata membuat aku dapat merasakan semuanya dengan lebih lagi. Semua yang ada di tubuhku, semua yang ada di hati. Rasa sakit itu semakin menyeruak, semakin perih, membuat tubuhku menggigil. Dingin, sangat dingin. Aku merasa seperti melayang layang. Selintas seluruh hidupku berkelebat di depan mataku yang masih tertutub, sampai kemudian mulai memudar. Gelap. Aku membuka mataku, dan hanya gelap yang kulihat. Semakin gelap, semakin gelap dan kabur. Takut. Tolong... nyalakan lampunya! Ingin aku berteriak, tapi hanya erangan tertahan yang keluar dari mulutku. Tapi pandangankupun malah semakin gelap. Dan aku mulai kehilangan diriku, kehilangan kesadaranku.

Gelap... dingin... takut... gelap... gelap...

Dan tenggelam...


I bleed,
And I breathe,
I breathe,
I breathe-
I breathe no more.

Tuesday, February 22, 2005

Okay, mungkin ini bakalan rada aneh. Tapi kali aja ada yang setuju ama tulisan saya.

Kayanya beberapa minggu belakangan ini infotaiment lagi di ramaikan oleh berita hamilnya seorang perempuan bernama Lia yang ngakunya di hamili oleh Ariel Peterpan *Peterpan? Again?*. Yah terlepas dari apakah itu cuman sekedar "built up gossip" *Ok, ini istilah karangan saya sendiri. Nevermind it* untuk mendongkrak kepopuleran Ariel sebagai frontman nya Peterpan, atau malahan inilah hal2 yang dilakukan oleh Lia sendiri untuk menaikkan pamornya di kalangan para groupies di Indonesia yang by the way mungkin akan terdengar keren kali buat dia kalo ada yang bilang "Lia... Lia-yang-pernah-dibuntingin-ama-Ariel-Peterpan itu lho*, yang jelas, KALO KALIAN UDAH MEMUTUSKAN UNTUK BERHUBUNGAN SEX, SEBENERNYA UDAH PADA TAU RESIKONYA BELOM SIH??!!!?!?

Seenggaknya itulah yang ada di otak saya setiap kali saya nonton infotaiment2 itu.

Mungkin bukan cuman buat Ariel dan Mbak Lianya yang udah jadi calon bapak2 dan ibu2 muda yah. Tapi buat semua orang penganut aliran sex bebas di jaman sekarang ini.

Bukannya saya sok tua ataupun sok tau, tapi saya rasa semua orang *baik penganut sex bebas ataupun bukan* pasti tau kalo ngelakuin sex di luar nikah itu pasti ada resikonya. Mulai dari kena penyakit menular dari yang cuman kencing2 nanah, Lion King, sampe Aids, bahkan sampe yang paling sering terjadi adalah TekDung alias hamil. Nah kalo udah tau semua resikonya kaya gitu, kenapa juga ngga di tanggulangi sejak awal. Yang paling simple aja deh, make kondom! Kondom tuh kan harganya engga mahal yah. Paling cuman beberapa ribu, udah dapet 3 biji *1 kotak kecil biasanya isinya 3 biji*, yang berarti bisa di pake buat have sex 3 kali. Yah buat sekali pertemuan short time sih kayanya 3 kali aja udah cukup dong yah. Kecuali kalo kamu emang se-hyper itu. Jadi kenapa ngga make kondom sih sodara2? Alesan yang paling klise tentang perkondoman ini adalah "make kondom ngga enak". Ok make kondom emang ngga enak! Tapi seenggaknya coba kamu pikir, lebih ngga enak mana? ML make kondom, atau mesti kenal Lion King dan "Burung" kamu jadi pilek mulu dan terus jadi berwarna biru? Atau yang lebih parah lagi, lebih ngga enak mana, ML make kondom, atau harus ribet2 repot2 nyari dukun atau dokter mana yang bisa mengkiret kandungan kamu yang tiba2 tekdung di luar keinginan?

Ok... Keukeuh ngga mau make kondom. Dan akhirnya pilihan kedua adalah, Keluarin di luar. Kata orang itu bisa mencegah kamu dari kehamilan yang tidak di inginkan. Hellooo... Sperma itu bukan hanya ada di akhir persetubuhan ketika si lelaki dengan lenguhannya mengeluarkan cairan berwarna putih kental yang punya bau yang khas, yang kata orang kaya bayclin. Tapi bahkan ketika cairan pelumas itu keluar dari lubang kecil mungil itupun sudah mengandung sperma. Jadi kemungkinan untuk kamu hamil itu tetep ada. Dan segabruk penyakit kelamin menular itupun bisa di tularkan lewat pertukaran cairan kelamin kamu. Jadi ngga perlu "muncrat" dulu untuk bisa jadi Tekdung dan gatel2.

Pilihan ketiga! Tidak melakukan sex sama sekali sebelum menikah! Hmm... Sepertinya ini adalah pilihan terbaik! Tapi kamu tentunya tau kan kalo sex itu addict. Kalo kamu pernah ngerasain sekali, kamu pasti bakalan terus mencari dan mencari wanting for more and more. Jadi buat yang udah merasakan kelamin lelaki ataupun perempuan, saya rasa ini bukanlah pilihan! So, just drop it! oke? Tapi mungkin buat yang sampe sekarang masih perjaka atau perawan, ini merupakan pilihan terbaik. So, stay virgin yah...

Oke.. Oke.. tidak menemukan kepuasan dari 3 pilihan yang sudah saya tawarkan di atas? Dan tetep keukeuh untuk melakukan semuanya? Here's the deal. Kamu udah tau semua resikonya kan? Dan tetep ingin melakukan semuanya. Jadi jangan complain kalo akhirnya kamu harus kepentok sama konsekwensinya. I mean... okelah kalo akhirnya kamu kena penyakit kelamin. Ngga susah. Tinggal ke dokter kulit dan kelamin, kamu bakalan dapet suntikan antibiotik dan resep2 obat yang walopun bejibun tapi akan membebaskan kamu dari rasa gatel2 dan sakit2 yang menyengsarakan. Tapi kalo kamu sampe tekdung, yah well... itu juga salah satu resiko kan? So, face it!!! Kalo kamu memilih untuk menggugurkan kandungan kamu, ya lakuin aja. Tapi kalo akhirnya gagal juga, ya terimalah. Dan resiko yang saya bilang di sini tuh include resiko dimana *buat cewe2nya yah* si cowo yang ikut berperan aktif dalam membuat kamu Tekdung itu akhirnya malah kabur dan ngga mau bertanggung jawab buat nikahin kamu. Face it! itu resikonya. I mean... Hey... Yang namanya ML, atau Have sex itu kan melibatkan 2 orang. Dan kalo saya boleh saya bilang, melibatkan 2 orang yang udah dewasa. Setidaknya tau kalo ML itu bisa Hamil. Jadi para cewe, kalo udah tau gitu, dan kamu masih mau ngelakuinnya juga, ya ngga fair dong kalo akhirnya kamu tekdung dan terus kamu malah ngejer2 cowonya buat nikahin kamu. Toh dari awal kamu ngelakuinnya atas kemauan kamu sendiri. Bukannya dipaksa. Dan kamu udah bener2 ngerti resikonya. I mean.. Helloooo.... udah sama2 gede gitu lho. Kalo akhirnya kamu bakalan jadi nenek sihir cerewet yang ngejar2 cowo kamu buat minta di nikahin, mendingan dari awal kamu nolak aja buat ML sama dia. Ya kan?

Yah kecuali kalo kamu di perkosa. Bukan kemauan kamu sendiri. Kamu berhak nuntut. Dan bahkan ada jalan hukumnya.

Jadi... Sex? Mendingan pikir2 dulu deh...
Hidup Sex!