Sunday, April 10, 2005

Perempuan itu bernama Sakuntala. Semua orang memanggilnya Tala, walaupun sebenarnya dia lebih suka di panggil Sakuntala. Dia ngga tau kenapa dia di namai Sakuntala, dia ngga tau arti dari namanya, yang dia tahu hanyalah Sakuntala adalah nama dari pewayangan jawa, sama seperti darah jawa yang kental mengalir di dalam tubuhnya.

Seorang perempuan yang sukses dalam karirnya. Pada umurnya yang masih pertengahan 20an, dia sudah menjadi salah satu fotografer di sebuah majalah wanita internasional. Sudah begitu banyak foto2 hasil jepretannya yang di nikmati oleh sebagian besar wanita karir di negri ini. Dia selalu merasa hidupnya cukup. Cukup bahagia mempunyai keluarga yang begitu memperhatikannya. Mempunya orang tua yang sangat mencintainya. Karir yang membanggakan. Penghasilan yang memungkinkannya membayar semua tagihan-tagihannya di akhir bulan. Apartemen yang selalu memberinya rasa nyaman setiap pulang setelah seharian lelah bekerja. Dia punya Barley. Anjing Pug kecil yang sudah di peliharanya 2 tahun ini. Dan dia selalu punya teman berbicara, Donald dan Desy, ikan mas koki peliharaannya. Punya banyak teman baik, yang selalu ada saat dia butuhkan, yang selalu datang begitu di panggil. Semuanya sempurna. Hidupnya sempurna. There's nothing to complain about.

Dan di sanalah dia. Berjalan ringan dengan senyum mengembang. Merasa segar di antara udara pagi dan semburan asap knalpot metromini. Dengan camisole warna kaki yang baru di belinya kemarin di plaza senayan, celana kargo ketat berwarna hitam, dan blazer dari kulit yang terlihat begitu pas di tubuhnya yang tinggi dan langsing sepertinya blazer itu memang di bikin khusus untuknya, dengan tas hitam yang di sangkutkan di pundak kirinya. Wajahnya yang biasa saja, tidak terlalu cantik, tapi juga bukan termasuk wajah yang membuat para lelaki langsung membuang muka jika melihatnya, di poles sangat sederhana. Hanya moisturizer, sedikit foundation dan bedak baby. Mungkin kalau di lihat lebih jelas, akan nampak riasan mata sederhana seperti yang biasa di pakainya kalau ke kantor. Pulasan warna ungu muda menghiasi kelopak matanya yang lebar di padu dengan sapuan eye shadow berwarna abu2 di atasnya, membuat matanya terlihat lebih lebar dan lebih dalam. Di pipinya, terlihat sedikit sapuan blush on berwarna coklat tua yang membuat tulang pipinya terlihat lebih tinggi. Lipstick berwarna nude di bibirnya di beri aksen basah dengan menggunakan lip gloss cair membuat bibirnya terlihat lebih penuh. Rambutnya yang hitam dan panjang kali ini di gelung ke atas membentuk konde kecil yang di tahan dengan tusuk 2 konde lancip seperti sumpit untuk makan mie. Atau jangan2 itu memang sumpit? Yang jelas, 2 kata untuk penampilannya. Exotically attractive. Orang yang sinis akan menyebutnya 'cantik-karena-make-up'.

Ada apa dengan senyumnya hari ini? Senyumnya begitu lebar, membuat matanya yang bulat itu jadi semakin berbinar-binar. Ada yang lain dari senyumnya kali ini. Jangan salah sangka. Sakuntala adalah gadis yang paling murah senyum yang pernah ada. Sepertinya senyumnya tak pernah habis. Tak pernah kering. Selalu ada menghiasi wajahnya. Perempuan manis. Perempuan ramah. Tapi memang ada yang lain dengannya hari ini. Senyumnya lain.

4 jam kemudian...

Sakuntala masih dengan dandanan yang sama, keluar dari pintu kantornya menjinjing tas kamera nikon di tangan kanannya, masih dengan tas hitam kotak di bahu kirinya, dan tas hitam panjang di tangan kirinya. Mungkin tripod. Ada beberapa helai rambut yang lepas dari gelungan konde kecilnya. Dia berjalan menuju arah datangnya tadi pagi. Masih dengan sunggingan senyum yang sama. Sekarang sudah hampir jam 1 siang. Waktunya makan siang. Ah ya!!! Dia memang akan pergi makan siang. Kemarin dia bertemu seorang pemuda. Pemuda yang menjadi model fotonya. Waktu itu Sakuntala sedang membuat foto untuk iklan jeans keluaran terbaru, dan pemuda itulah modelnya. Dan hari ini mereka akan makan siang bersama. Pemuda itu menunggunya di taman ngga jauh dari kantor Sakuntala. Dan sepertinya menuju kesanalah Sakuntala berjalan.

Dia berjalan, dan terus berjalan. Sampailah dia di seberang taman itu. Dan lihatlah! Pemuda itu sudah di sana. Terlihat tampan dengan t-shir abu2 yang di padukan dengan jeans kumal berwarna hitam serta jacket suede berwarna hitam. Pemuda itu melambaikan tangan pada Sakuntala. Dan Sakuntalapun membalas lambaiannya disertai dengan senyumnya yang membuat wajahnya terlihat begitu bahagia. Yah sepertinya pemuda itu menambah kesempurnaan hidupnya. Apalagi yang bisa dimintanya untuk melengkapi hidupnya? Keluarga yang begitu memperhatikannya, orang tua yang sangat mencintainya, karir yang membanggakan, penghasilan yang memungkinkannya membayar semua tagihan-tagihannya di akhir bulan, apartemen yang selalu memberinya rasa nyaman setiap pulang setelah seharian lelah bekerja, Barley, Donald dan Desy, banyak teman baik, dan sekarang pemuda model yang tampan yang akan segera mengisi hari2nya.

Terlihat semangat di wajah Sakuntala. Sepertinya dia begitu bergairah bertemu pemuda itu. Begitu senang. Terburu2 hampir berlari dia menyebrangi jalan. Matanya tak lepas dari sosok gagah yang sepagian ini mengisi pikirannya. Sakuntala sedikit kerepotan dengan bawaannya yang begitu banyak. Tapi itu tidak membuat semangatnya surut. Dia berjalan sangat cepat menyebrangi jalan yang besar dan lengang itu. Bahagia. Begitu bahagia sampai dia tidak mendengar deruman kencang yang berubah menjadi decitan-decitan keras ban mobil yang selip. Dan ketika ia menoleh ke arah kiri, dia hanya sempat melihat sebuah bentuk. Bentuk yang begitu besar yang dengan sangat cepat melaju ke arahnya dan menabraknya dengan keras. Begitu kerasnya sampai terdengar suara kraaak yang sangat keras. Suara tulang yang remuk terhantam benda keras. Semoga ia tak sempat merasakan sakit.

Dan 3 meter dari pemuda itu, pemuda yang masih terperangah, terdiam ditempat dengan mata terbuka lebar2, shock, di sanalah aku. Duduk diam menyaksikan semuanya. Lalu pelan2 kubereskan pensil dan kertas dan gambar2ku. Dan ketika semua orang yang ada di situ berlarian menuju ke tengah jalan untuk melihat apa yang terjadi, aku bangkit dari kursi taman yang kududuki, dan berjalan pelan2 ke arah yang berlawanan.

Mungkin memang itu yang terbaik, Tala. Semua orang akan mengingatmu. Mengingat semua kejayaanmu. Memang terasa tidak adil. But that's life. Unfair.

And your life, baby girl.... Your life is too perfect to be true!

No comments: