Monday, December 27, 2004

Akhirnya kupu2 biru itu pergi. Di iringi hujan dan udara dingin, sama seperti datangnya.

Pernah ngga mengamati keadaan kamar kamu dalam gelap? Benar2 mengamati. Semuanya akan tampak berbeda sekali. Semuanya akan tampak lebih dingin, lebih tenang, for some people mungkin akan tampak lebih mengerikan.

Dan itulah yang saya lakukan sejak kamu pergi. Diam dalam gelap. Dingin. Sangat dingin. Itu yang saya rasakan. Seakan ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang ditarik dengan paksa. Dipisahkan. Di robek. Ada bagian diri saya yang ikut pergi berjalan dengan kamu. Dan itu sakit.

Ini seperti makan buah simalakama. Kemarin, ketika saya berpikir bahwa saya ngga akan punya kesempatan buat mengucapkan selamat tinggal, saya sakit, saya sedih, saya hancur. Tapi ketika akhirnya sekarang saya punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, untuk memeluk kamu terakhir kali. Untuk mencium bibir kamu sekali lagi, untuk mengenang semua memori yang udah kita lewati sebulan ini, saya tetap aja sakit, sedih dan hancur.

Tapi, somehow, saya tetap merasa ini semua indah. Bahkan perpisahan yang merobek2 hati saya inipun indah. Bahkan pelukan kamu, genggaman tangan kamu, belaian kamu, kecupan kamu, lumatan bibir kamu, sapuan2 lidah, semuanya terasa lebih indah. Dan akhirnya ini akan menjadi kenangan yang sempurna buat saya. Dan saya tau, saya akan kuat menghadapi apapun, karena saya punya kenangan yang sempurna bersama kamu.

Buat saya, kita bisa belajar sesuatu yang baru dalam setiap hubungan. And I must say, you thaught me many things. Mungkin saya ngga bisa bilang satu per satu apa yang sudah kamu ajarkan sama saya. Tapi saya bisa bilang kamu membuat saya lebih dewasa. Kamu membuat saya lebih kuat. Yah... walaupun jelas2 saya cengeng. :) Kamu membuat saya belajar untuk bisa menerima keadaan yang memang ngga bisa dirubah. Kamu mengajarkan saya, bahwa ternyata perpisahan bisa juga jadi indah.

Dan yang paling penting, kamu membuat saya menjadi manusia. Dengan memberikan apa yang sudah bertaun2 ini ngga pernah saya rasain. And I should thank you for that.

Kamu harus tau, kalau sekarang, kemanapun kamu pergi, kamu membawa sebagian hati saya. Mungkin kamu ngga menyadari itu. Dan mungkin kamu bahkan ngga membutuhkan itu. Tapi saya merasa sebagian dari hati saya hilang. Dan saya ngga mungkin menuduh satpam kompleks perumahan yang mengambilnya kan? :P So... it must be you! Saya tau suatu saat mungkin bagian hati saya yang kamu bawa itu akan rindu untuk pulang ke belahannya yang lain. Tapi untuk semenetara waktu, selama dia masih ada di kamu, saya tau ini akan jadi indah. Berat... Tapi indah! Walaupun somehow, saya merasa kosong.

Selama ini saya selalu bertanya2, sebenarnya apa yang saya rasakan. Lebih tepatnya saya selalu mencoba menipu diri saya sendiri tentang apa yang saya rasakan. Dan somehow, duduk dalam gelap ternyata malah membuat pikiran saya terang benderang. Dan saat itulah saya sadar, dan saya merasa bahwa saya ngga bisa menipu diri sendiri lebih lama lagi, kalo ternyata, I do Love you.

Saya mencoba untuk ngga pernah ngomong hal ini ke kamu. Not even kata "sayang". Coba kamu ingat2 dan kamu hitung, berapa kali saya ngomong sayang ke kamu. Jarang. Saya ngomong sayang ke kamu hanya kalau kamu tanya (dan sedikit ngotot). Karena saya pikir dengan tidak mengucapkan kata itu ke kamu, dan saya bisa menganggap kalau semua ini ngga nyata. Saya ngga perlu jawaban, saya ngga membutuhkan kamu mengucapkan hal yang sama ke saya, karena apa yang ada di hati, cukup kita sendiri yang tau. Tapi biarkan kali ini, saya mengeluarkan apa yang ada di dalam hati saya. Karena siapa tau bisa membuat saya lebih lega. So, I do Love you!

Dan ternyata memang lega. Seperti beban berkilo2 yg ada di hati saya, di angkat keluar. Dan saya bisa mengenang semuanya dengan tersenyum. Tanpa tangis.

Kamu selalu mengira kalau kamu menyakiti saya. The truth is, kamu membuat saya bahagia, kamu membuat hidup saya lebih indah, dan YA kamu juga sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya.

Jadi, pergilah kupu2 biru... terbanglah jauh. Karena untuk saat ini, seberapapun jauhnya kamu terbang, kamu ada di hati saya.


[On The Chart : Britney Spears - Everytime, Britney Spears - Everytime, Marlboro Light, Britney Spears - Everytime, Britney Spears - Everytime, Aqua, Britney Spears - Everytime, Britney Spears - Everytime (ya ya saya tau kamu suka eneg kalau playlistnya cuma 1 lagu. Tapi ini komputer saya, dan ini kuping saya, jadi terserah saya mau dengerin lagu apapun.)]
Langit... Langit... Kenapa kamu menangis? Ditinggalkan oleh bulanmu? Ah... bulan selalu ada untuk kamu. Bulan ngga akan pernah meninggalkan kamu. Walau kadang tertutup awan, tapi bulan selalu menemani kamu. Walau kadang cahayanya tertutup oleh cahaya matahari, tapi bulan tetap mendampingi kamu. Jadi kenapa kamu menangis, langit?

Ah... kamu menangis karena melihat saya menangis? Melihat saya kehilangan kebahagiaan yang sempat tergenggam walau cuma sekejap? Melihat kebahagiaan itu akhirnya pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal? Melihat kebahagiaan itu ternyata lebih memilih menjadi bulan di langit yang lain?

Atau melihat kenyataan bahwa ternyata dia menjadi kebahagiaan saya, dan saya ngga pernah menjadi kebahagiaan dia?

Langit, jangan menangis... Karena sederas apapun tangisanmu, ngga akan bisa membawa kebahagiaan saya kembali.

Sunday, December 26, 2004

So, here is where the story ends.

Mencoba membayangkan wajah kamu. Blurry. Semuanya semakin kabur dan semakin ngga jelas. Tapi kenapa saya masih belom bisa melupakan semua yang udah kita lewati bersama?

Mencoba mengingat rasanya di peluk kamu. Dan saya masih merasa kedinginan. Mungkin sudah terlalu lama sejak terakhir kali kamu memeluk saya.

Terlalu lama...

Mungkin belum terlalu lama. Tapi sudah terlalu jauh.

Ternyata saya memang tidak terlalu berarti buat kamu. Memikirkan itu, saya hanya bisa tersenyum. Tersenyum tanpa tangis.

Saya bahkan ngga pantas untuk mengucapkan selamat tinggal.
Ngga pantas untuk mendapat pelukan yang terakhir kali.
Ngga pantas mendapat ciuman perpisahan.
Ngga pantas melihat kamu, merasakan kamu, mengenang semua memori sekali lagi.

Saya sama sekali ngga ada artinya buat kamu.

So, I guess this is good bye.

Saturday, December 25, 2004

Tangisan yang meledak bersamaan dengan ledakan orgasme.

Can we call it "Make Love"?

Setiap sentuhan kamu, setiap belaian, setiap ciuman, setiap sapuan lidah, keluar seperti jeritan hati yang lama tertahan.

Setiap genggaman kamu, setiap rengkuhan, setiap pelukan, setiap cakaran, setiap gerakan naik turun, seperti ingin melumat dan menghancurkan setiap partikel di tubuh saya.

Dan...

Di setiap tetesan keringat saya, di setiap desahan nafas, di setiap lenguhan, saya memanggil nama kamu.

Setiap saya memandang ke dalam mata kamu, berharap kamu mengerti apa yang sedang saya rasakan.

Kita bergerak semakin cepat dan semakin cepat... Berpacu menuju puncak...

Dan ketika semuanya meledak, kamu memeluk badan saya lebih erat, kamu mengerang, dan di sela2 erangan kamu, kamu mendesahkan kata2 yang ngga akan saya lupakan "Saya sayang kamu...."

Tiba2 semuanya berubah jadi sunyi. Diam. Tenang. Dan kamu memeluk saya lebih erat, masih di dalam saya, kamu berbisik lagi "Saya sayang kamu!"

Saat itu tangis saya pun meledak! Tangis yang selama ini tertahan oleh sisa2 ketegaran yang saya punya. Meledak begitu saja. Seperti air yang menerobos menjebol bendungan. Dan kamu memeluk saya lebih erat lagi, sama seperti saya memeluk kamu. Kamu membelai rambut saya, merengkuh, menenangkan, memberi damai....

So, did we make love, or just have sex?

Wednesday, December 22, 2004

Sungguh ini aneh. Ternyata seharian ini saya ngga mikirin kamu sama sekali. Setelah ratapan bodoh yang membuat saya semakin terlihat seperti idiot semalam, yang merusak semuanya, ternyata sekarang saya ngerasa semuanya ngga seberat yang saya rasakan kemarin. Ahh... betapa bodohnya saya taking back semua yang udah saya ucapkan. Dan ternyata, sekarang, tanpa mikirin tentang kamu sama sekali, saya malah memikirkan betapa menyesalnya saya taking back semua yang udah saya omongin ke kamu.

Ngga habis pikir! Apa yang membuat saya begitu bodoh, begitu tolol, begitu naive, begitu ngga murahannya menjilat kembali semuanya. Berpikir bahwa ini semua bukan sebuah permainan. Off course this is a game! Semua dalam hidup itu adalah permainan. Karena hidup itu sendiri permainan. Hidup itu adalah peperangan. Semuanya tentang siapa yang kalah dan siapa yang menang. Dan bodohnya saya mengakui bahwa saya kalah!

Ok! Saya memang kalah! Tapi bukan berarti saya juga harus menyerah diinjak2 seperti sapi tua bodoh yang sudah ngga ada gunanya lagi.

Hey... bahkan sampai sekarangpun saya ngga tau apa yang saya rasakan. Kamu tanya apakah saya sayang sama kamu? Well... honestly saya ngga tau apakah saya sayang ama kamu. Yang saya rasakan bukan sayang seperti itu. Ngga jelas apa yang sekarang bersarang dalam diri saya. Cinta? Apalagi cinta! Ini bener2 aneh. Mungkin saya cuma butuh seseorang dan kebetulan kamu yang ada di dekat saya sekarang. Mungkin terbiasa... Ya!!! Mungkin saya hanya terbiasa dengan keberadaan kamu di dekat saya. Itu saja!

Saya ngga bisa untuk ngga mengakui bahwa kebersamaan saya ama kamu itu indah. Indah! But doesn't feel right. Selalu ada pemikiran2 negative yang akhirnya membuat saya ngga aman. Well... if we really have something here, saya rasa saya ngga akan ngerasa insecure kan? Jadi, apa yang mau saya pertahankan? Toh dari awal kita memang ngga pernah punya apa2!

Yap! Tulisan saya ini mungkin penuh dengan emosi. Penuh dengan kemarahan. Karena saya marah!!! Marah pada diri sendiri! Marah karena saya selalu menerima semua perlakuan kamu tanpa ada pertanyaan sama sekali. Menerima semua ke tidak seimbangan ini. Kamu datang dan pergi sesuka kamu, dan saya selalu ada kapanpun kamu butuh saya. Saya ngga bisa lagi menerima semua ketololan ini.

Hmm... Sepertinya akan lebih baik kalau saya kembali ke the-old-me! Ya... saya yang dingin, tanpa perasaan, no more blushing! Tanpa hati! Hanya otak! No more nice ME!!

Kita sama2 object! Kamu object saya, dan saya object kamu. Jadi sebatas itu sajalah yang bisa saya berikan. Mungkin memang lebih aman kalau saya jadi manusia batu! Dan kamupun mungkin akan merasa lebih aman that way!

Ah sudahlah. Saya capek! Saya kehabisan energi. Saya kehabisan tenaga.

So... lets Fuck and Forget!!!!
Help me... I'm Drowning...

Or should I say...

Ayuda me... Estoy moriendo...

Sunday, December 19, 2004

Terbukti saya memang mahluk lemah! Saya lemah! Saya menjilat kembali semua ludah yang sudah saya keluarkan.

Tapi semalam itu indah... sangat indah.

Kamu mencium saya di tengah jalan di depan warnet? Kamu menggandeng tangan saya? Sebenarnya apa yang ada di pikiran kamu?

Kamu sudah gila!
Saya sudah gila!

Tapi saya bahagia di dalam pelukan kamu. Jadi biarkan saya menikmatinya....

Ahh... sebenarnya apa yang sedang saya rasakan ini?

Friday, December 17, 2004

Ternyata cara orang menilai apakah seseorang itu sexy atau engga tu kadang suka aneh2 ya. Yah emang sih sexy itu relatif. Tapi setelah survey ke sana kemari, yah well... bukan survey sih. Tepatnya nanya2 iseng2 berhadiah. Terkumpulah beberapa jawaban aneh.

Tipikal sih yah. Biasanya cowo kalo ditanya cewe yang sexy tuh kaya gimana sih? Biasanya pasti mreka bilang yang toketnya gede. Yang pinggulnya padet. Pinggangnya kecil. Tinggi. Yah kalo jawaban kaya gitu sih biasa bangetlah. Ada juga yang bilang cewe sexy tuh yang tungkai kakinya panjang. Kakinya kecil semampai. Itu masih biasa. Tapi saya pernah nonton film "Tadpole". Nonton deh. Aneh banget. Dia ngeliat cewe sexy itu dari tangannya. Katanya kalau jari2 tangan yang panjang, dan agak2 berurat dengan kuku yang panjang dan terawat rapi itu sexy. Bahkan sampai dia jatuh cinta dan tergila2 sama ibu tirinya, gara2 ibu tirinya punya jari2 tangan yang panjang. Dan dia bahkan nolak cewe temen highschoolnya yang cantik banget hanya karena punya tangan-seperti-bocah. Ngga panjang2 gitu deh. Mungkin maksudnya buntet kali yah... hehehe... aneh.

Sedangkan kalau cowo sexy, hmm agak2 susah sih mengkriteriakan cowo sexy. Soalnya menurut saya bentuk tubuh cowo tu kan gitu2 aja. Kotak2. Ngga ada indah2nya. Yah kecuali di bagian2 yang tertutup celana kali ya. Mungkin itu sebabnya biasanya orientasinya cowo sexy itu cowo yang berpenis BESAR! Atau yah... paling engga cowo sexy bisa di liat dari pantatnya. Kalau pantatnya bulet, penuh dan sekel, biasa tu cowo bisa di bilang sexy. Atau mungkin di liat dari perutnya yang six pack atau bisepnya yang kekar.

Saya baru berkenalan dengan seorang cowo beberapa hari yang lalu. Setelah ngobrol ngalor ngidul, iseng2 saya tanya gimana sih kriteria cewe sexy menurut dia. Dan jawabannya oh sungguh ajaib benar. Dia bilang cewe yang sexy itu bisa di liat dari tengkuknya. Hmm... menarik. Katanya cewe kalau tengkuknya putih, tuh sexy banget buat dia. Soalnya berarti tu cewe bersih. Rajin mandi. Soalnya kan kadang2 orang suka males ngegosok bagian tengkuk, jadi kadang suka item2 gitu. Ngga sengaja saya langsung melirik ke kaca spion mobil. Tengkuk saya putih ngga yah. Damn! Ngga keliatan. Hahahaha....

Ada temen saya satu lagi, kali ini cewe. Dia biasa melihat cowo sexy tuh dari jari2 kakinya. Intinya sih sama. Kalau jari kakinya bersih, berarti cowo itu juga bersih. Soalnya kaki tu kan bagian paling bawah. Bagian paling sering kena kotoran. Nah kalo bagian itu aja bersih, bisa di jamin bagian manapun tubuhnya juga bersih. Berarti cowo sexy = cowo bersih dong?

Kalau saya... hmm yah mungkin standart lah. Saya ngeliat cowo sexy dari pantatnya. Kalau pantatnya bulet dan gemesin, menurut saya sexy. Bawaannya pengen ngeremes. Gemes. Apalagi kalau sedang make celana batik. Biasanya bongkahan pantatnya tuh bakalan nonjol banget. Mata saya ga akan bisa lepas dari 2 bongkahan daging itu. Terus, saya ngeliat cowo itu sexy atau engga tuh dari tangannya. Dari bentuk2 jari2nya. Dari kepalan tangannya, dan dari bentuk lengannya. Cowo yang sexy menurut saya punya jari2 dan kepalan yang besar dan terlihat gagah. Dengan urat2 yang agak2 menonjol gitu deh. Trus lengannya juga keras sedikit berotot. Sedikit lho... jangan banyak2. Jari2nya panjang. Ga lentik kaya tangan cewe. Tapi agak2 kotak2 dan gede. Gede tulang! Bukan gede daging. Soalnya, biasanya kalau tangan gede, "barang"nya juga gede... hahahaha..... becanda dink. Cuman suka aja kalau tangan cowo gede. kayanya enak kalo tangan saya digenggam sama tangan gede gitu. Trus, saya ngeliat cowo itu sexy atau engga dari pahanya. Kalau dia punya paha yang keras dan liat, berarti dia termasuk sexy menurut kategori saya. Apalagi kalau make (again) celana batik. Soalnya bentuk pahanya bakalan tercetak jelas banget. Atau make celana pendek. Atau... mmm... make celana straight leg yang agak2 ketat. Ugh... gemes banget! Pasti mata saya bakalan terus mangkal di sekitar situ. Dan ngomong2 soal sexy, ada yang bilang kalau bau badan alami manusia itu merupakan salah satu aphrodisiac. Bisa menambah gairah. Menurut saya, bau badan ya bau badan aja. Kalo asem ya asem aja. Kalo apek ya apek aja. Tetep mendingan nyium parfum 10 botol deh. Pokoknya ogah banget deh nyium bau badan orang. Bawaannya bisa mual2. Dan sampe sebulan yang lalu, saya masih menganggap gila orang2 yang bilang kalo bau badan cowo itu sexy. Sampe sebulan yang lalu saya masih ga ngerti dan ga percaya kalo bau badan cowo tuh bisa menambah gairah. Kalo bau ya bau aja. Suruh buru2 mandi. Daripada mual. Cowo bau, jangan di deketin!!! Boro2 di peluk. Duduk sebelahan aja udah males kali. Yap! Saya memang suka sensi sama bau2an aneh.

Sampai sebulan yang lalu, saya baru ngerti apa arti dari kata2 "bau badan cowo tuh sexy". Saya baru pertama kali bisa nerima kalau bau badan cowo itu bener2 aphrodisiac. Dan akhirnya saya pun bisa ngerasain bau badan cowo bisa membuat kamu betah di dalam pelukannya, merasa nyaman, sekaligus tergelitik. Yap! Baru sekali saya nemu yang kaya gini. Baru dengan 1 orang.

Orang yang terakhir tidur dengan saya. Yang 2 hari ngga mandi... But i didn't mind at all.

Thursday, December 16, 2004

Kamu pernah bertanya. Kenapa kali ini saya berhasil? Berhasil menghindari kamu. Berhasil ngga menghubungi kamu. Padahal sudah beberapa kali saya mencoba, dan selalu gagal. Bahkan saya sempat melarikan diri ke luar kota, dan hal pertama yang saya lakukan setelah sampai di sana adalah menelpon kamu. Kenapa kali ini? Kenapa bisa berhasil?

Well... ini jawaban saya. Saya menyanyi!

There's 52 ways to murder anyone One & two are the same, and they both work as wellI'm coming clean for Amy, Julie doesn't scream as welland the cops won't listen all night


Saya menyanyi sekeras2nya! Berteriak!

So maybe, maybe I'll be overJust as soon as I fill them all in


Berteriak mengeluarkan semua perasaan yang menumpuk seperti wabah dalam tubuh sayah.

And I can't remember when I saw her last We were running all around and having a blast But the back seat of the drive-in is so lonely without youI know when youre home


Berteriak seperti orang gila!

I was thinking about you, there was something I forgot to say I was crying on a Saturday nightI was out cruising without you, they were playing our songCrying on Saturday Night


Siang dan malam saya berteriak. Meracau.

As the moon becomes the night timeyou go viciously, quietly awayI'm sitting in the bedroom, where we used to sit and smoke cigarettesnow I'm watching, watching you DIE


Berharap kamu mau keluar dari kepala saya. Bersama dengan semua penyakit yang mulai menggerogoti.

And I can't remember when I saw her last We were running all around and having a blastBut the back seat of the drive-in 's so lonely without youI know when you're home


Berteriak seperti seorang pesakitan. Berharap suara saya bisa membunuh kamu! Please... die! please die!

I was thinking about you, there was was something I forgot to sayI was crying on a Saturday night I was out cruising without you, they were playing our song Crying on Saturday Night


Dan saya tau suara saya bisa membunuh semua orang yang ada di dalam kos ini.


Anjing ! saya liat foto kamu sama seorang perempuan! Kamu make baju item. Kamu keren banget! Kenapa kamu ngga pernah make baju item kalo ketemu saya?
Akhirnya nama kamu muncul di layar handphone saya.

1 pertanyaan meluncur dari mulut kamu tepat setelah kata "halo". "Remind me, kenapa kamu menghindari saya?" Sambil tertawa kecil saya menjelaskan mengapa saya menghindari kamu. Saya menjelaskan bahwa betapa kita ngga punya masa depan. Saya menjelaskan bahwa bagaimana ini akan menjadi semakin dalam. Semakin sulit. Dan saya menjelaskan bahwa akan lebih baik kalau dihentikan sekarang sebelum terlalu dalam dan terlalu sakit.

Tapi ini sakit!

Saya bertanya apakah kamu kangen? Dan kamu menjawab "Ya, well... kinda... ****" Dan kamu mengumpat. Saya tertawa. Dan saya bertanya apa yang kamu pikirkan selama beberapa hari ini. Dan sekilas kamu bilang "Well, saya sama sekali ngga mikirin kamu. Sampai tadi hujan dan saya tiba2 teringat sama kamu. ****! Ntah kenapa setiap hujan, saya selalu teringat sama kamu." Kamu tertawa. Saya tertawa. Dan saya bilang kalau saya adalah Dewi Hujan. Sama seperti yang saya bilang ke kamu beberapa hari yang lalu. "Yeah... rite..." Lalu kamu mulai bercerita, "saya sedang di jalan. Dan saya berpikir... belok... ngga... belok... nggak..." Dan saya bertanya jam brapa kira2 kamu ada di jalan. "Hmm... Maghrib". Well, saya bilang kalau kamu ke tempat saya sekitar maghrib, kamu ngga akan menemukan saya di sana. "Dan kamu ada di..... ?" Saya bilang sekarang saya sedang ada di lembang. Kamu terdiam sebentar. "Kamu sama siapa?" Dan menebutkan nama 2 orang yang sedang bersama dengan saya. Satu dari mereka kamu kenal. Perempuan. "Dan cowo itu? Siapa? Gbt kamu? atau gbt teman kamu?" Saya tertawa. Just some guy. Dan saya bertanya balik, kamu mengharap cowo itu gbt siapa. "Yah.. well... No future! Jadi ga penting itu gbt siapa." Hmm... Kalau ngga penting, dan kenapa kamu bertanya? Itu yang saya bilang ke kamu. "ya.. For God sake!!! Sebulan ini kamu selalu bareng sama saya. Dan nama itu ngga pernah kesebut. So who the hell is he! Itu aja!" Saya bilang anggep aja kalo dia just-a-new-guy. Kamu sedikit terdiam. Lalu tertawa kecil. "Hmm... Kenapa sekarang jadi saya yang bete?" Dan saya bilang ke kamu kalau ini ngga terlalu berat. Cmon... How hard can it be?

Tapi ini berat!

Kalau ini memang sebuah permainan, ijinkan saya untuk merasa menang. Untuk kali ini saja saya merasa menang. Ternyata kamu memikirkan saya. Hey! Ini bulan desember. Setidaknya hujan akan turun minimal sekali setiap hari. Dan itu berarti paling ngga kamu akan memikirkan saya sekali setiap hari. Yah itu anggapan saya. Saya bisa saja salah. Jadi biarkanlah saya menikmati perasaan ini.

Sekali lagi nama kamu muncul di layar handphone saya tepat ketika saya sedang memimpikan kamu.

"Kamu lagi ngapain sih? Kok lemes?" Kata2 itu kamu ucapkan bahkan sebelum kata "halo". Saya bilang kalau saya sedang ngga ngelakuin apa. Dan jelas saya ngga akan bisa bilang kalau saya sedang memimpikan kamu kan? Kamu membicarakan pekerjaan. Dan saya hanya berpikir, oh ok, jadi kamu tlp saya hanya untuk masalah pekerjaan. Bukan sesuatu yang istimewa. Dan tiba2 kamu bertanya "Kamu kangen sama saya ngga?" Saya sedang berpikir untuk menjawab apa, dan tiba2 kamu menjawab pertanyaan kamu sendiri "Yah... you dont! Dan walopun kamu kangen, saya tau kamu akan bilang enggak." Bukan seperti yang ada di otak saya. Saya ingin menjawab, tepatnya, Saya ingin memohon agar kamu mau keluar dari kepala saya. Saya bertanya kamu ada dimana, dan kamu bilang kamu masih di luar kota. Dan saya bertanya kapan kamu akan pulang. "Sabtu." Dalam hati saya mengerang. Sabtu masih lama. Tapi apa bedanya? Kalaupun sabtu kamu pulang, apa yang saya harapkan? Bertemu kamu? Yah, well.. saya memang harus ketemu kamu. Lalu? Berharap kamu akan bilang kalau kamu ngga mau semuanya berakhir? Berharap bahwa kita akan mengulangi semua yang selalu kita lakukan setiap hari selama sebulan ini? Bukan sesuatu yang benar. Indah... Tapi jelas tidak benar.

Dan setelah tlp di tutup, tiba2 saya berpikir bahwa ini bukan lagi masalah menang atau kalah. Ini bukan lagi masalah siapa menaklukan siapa. Ini bukan permaianan. Persetan dengan permainan! Kalau memang kita masih sangat menginginkan untuk menikmati semuanya berdua, lalu kenapa ngga bisa? Kenapa ngga kita jalani aja yang ada. Yang kita punya memang sedikit. Lalu kenapa ngga nikmati saja yang sedikit itu? Kita masih ada waktu beberapa minggu sampai harus berpisah. Kenapa ngga kita pergunakan waktu yang sedikit itu sebaik2nya? Kenapa kita saling menyiksa diri? Ngga... tepatnya... kenapa saya menyiksa diri sendiri? Kenapa ego saya begitu besar untuk mengakui kalau saya mau memberikan apa saja untuk berada di dalam pelukan kamu lagi. Kenapa saya begitu keras hati untuk mengakui kalau saya ingin merasakan tangan kamu menggenggam tangan saya? Mengapa harga diri saya begitu tinggi untuk mengakui kalau saya merasa nyaman hanya dengan berbaring di sebelah kamu. Memang nyaman. Agak terlalu nyaman.

Dan akhirnya saya tau. Saya takut merasa terlalu nyaman. Saya takut kecanduan. Saya takut kalo saatnya datang untuk melepas kamu. Saya takut membuka hati. Saya takut sakit....



Ini sakit... Ini berat... Tapi saya tahu, saya sudah melakukan hal yang benar.


[On The Chart : Misfits - Saturday Night, Dashboard Confessional - This Bitter Pill, Marlboro putih, Aqua tanpa es batu]

Wednesday, December 15, 2004

Akhirnya saya tau apa sebenernya yang saya mau. Apa yang saya rasain. Semuanya jadi jelas sekarang.

Harga diri saya terluka!

Saya selalu merasa bahwa ini semua permainan. Saya selalu merasa bahwa ini semua adalah masalah kalah dan menang.

Dan ego saya ngga mengijinkan saya untuk kalah.

Saya selalu merasa bahwa ini adalah perang. Dan saya harus selalu di pusingkan dengan strategi selanjutnya yang harus saya ambil untuk menang.

Saya merasa semua kata sayang, semua kata kangen, semua kata candu adalah manuver berikutnya yang harus di waspadai.

Saya merasa semua sentuhan, semua belaian, semua pelukan, semua kecupan, semua sapuan lidah, semua gerakan naik turun adalah senjata untuk menjatuhkan lawan.

Saya merasa terancam.
Saya merasa ngga aman.

Ego saya terdesak.

Karena ini semua mulai terasa lebih tulus.

Kenapa ini ngga bisa jadi tulus?
Kenapa ini harus menjadi permainan?
Kenapa ini harus selalu menjadi masalah kalah dan menang?
Kenapa ini harus selalu menjadi perang?
Kenapa harus ada strategi?
Kenapa harus ada manuver?
Kenapa harus ada senjata?
Kenapa harus menjatuhkan lawan?

Kenapa semua kata sayang, semua kata kangen, semua kata candu ngga bisa terucap hanya karena sayang, kangen dan candu?

Kenapa semua sentuhan, semua belaian, semua pelukan, semua kecupan, semua sapuan lidah, semua gerakan naik turun ngga terjadi karena kita menikmati tenggelam di dalamnya?


Ini bukan permainan!
Kenapa kamu membuat ini jadi seolah2 permainan?
Kamu melukai ego saya.
Kamu membuat saya mengakhiri semua ini.


Monday, December 13, 2004

Kamu : Ini sebuah petualangan.
Saya : Petualangan ngga pake ati.

Dan akhirnya kita berduapun mulai kebingungan.

Saya : Yakin ini bukan sebuah permainan?
Kamu : Yup! Karena sayapun ngga menduga bakal jadi kaya gini.

Terdiam. Masih saling memeluk. Saya membelai lengan kamu, dan kamu mengencangkan pelukan.

Kamu : Terjebak dengan permainanmu sendiri?
Saya : There's no game. And I'm not playing.

Kamu ambil tangan saya, dan menggenggamnya. Hangat. Nyaman. Ngga nyaman. Ngga sehat.
Kamu : I'm sorry.
Saya : For what?
Kamu : Well....
Saya : Ngga ada yang salah.

Diam



Saya : It has to stop!
Kamu : -Tertawa- Well, it's been 3 weeks, and we keep saying that. But now, here I am.

Masih saling memeluk.

Kamu : Saya selalu mencoba menghindari untuk ketemu kamu. Dan ga pernah berhasil. keep coming back to you.
Saya : Well... try harder!

Mata saya terpejam.

Saya : Saya pikir ini adalah malam terakhir kita berdua.
Kamu : Saya sering berpikir begitu.
Saya : Saya harus menolak bertemu kamu apapun alasannya.

Kamu memiringkan badan kamu. Melihat dalam2 ke mata saya. Dan kamu mencium bibir saya lembut. Badan saya bergetar. Saya ngga boleh nangis! Memalukan! Kamu ngga boleh liat saya nangis! Kamu memeluk saya lebih erat.

Kamu : Kamu lebih dari sekedar wanita-yang-saya-peluk-sebelum-tidur.
Saya : Maksudnya?
Kamu : Yeah, well... waktu itu saya kehilangan mimpi saya. Dan akhirnya saya menemukan mimpi saya lagi. And I'm cheating on her. With you.

Diam.



Saya : Tau ngga yang paling ga sehat?
Kamu : Well, saya pikir the whole thing is ga sehat.
Saya : -Tertawa- Nope... Yang paling ga sehat adalah karena kamu sangat berpengaruh pada mood swing saya. Ngga ada yang boleh mengontrol emosi saya. Kecuali saya sendiri!
Kamu : Heum... Ngga ada yang boleh mempengaruhi emosi kamu. Sementara saya membiarkan semua orang mempengaruhi emosi saya.
Saya : Karena saya adalah layar lebar dari sebuah tv emosi. Semua orang bisa liat apa yang saya rasakan. And it's fine kalo mreka liat saya marah. It's fine kalo mreka liat saya bete. It's fine kalo mreka liat saya senang. But it's NOT fine kalo mreka liat saya sedih.

Badan saya bergetar hebat. Bibir saya bergetar hebat. Saya menggigit bibir bawah. Sibuk memerintah air mata agar tidak keluar. Kamu diam. Kamu tenang. Terlalu tenang. Lalu terdengar nafas kamu mulai berat. Teratur, dan berat. Kamu tertidur.

Saya mengambil marlboro light, mencari korek, dan segera keluar dari kamar. Saya butuh sendiri. Ketika kamu tertidur, akhirnya saya mengerti+ seberapa besar arti saya buat kamu. Tidak terlalu besar. Ego saya terluka. Yup! Saya punya ego yang sama besar dengan lelaki manapun di dunia ini.
Diam.



Ini bukan petualangan. Ini bukan permainan. Ini sebuah kisah. Sebuah cerita. Cerita tentang ketololan 2 orang yang pada akhirnya saling bergantung dengan keberadaan masing2. Kecanduan akan kebersamaan. Ngga pernah merasa cukup untuk saling memeluk sebelum tidur. Yang selalu merasa ada yang kurang sebelum saling menggenggam tangan. Yang selalu menyalahkan hujan.

Mungkin ngga terlalu berat buat kamu. Tapi ini berat dan akan jadi semakin berat buat saya. So, it has to stop!Begitu matahari terbit, semuanya akan berakhir. Matahari... Matahari... Teruslah tidur di peraduanmu. Jangan terbangun. Jangan keluarkan sinarmu. Dengan begitu, mungkin pagi enggan untuk datang. Dan ini semua ga akan berakhir.

Saya benci pagi. Saya benci siang. Saya benci panas. Saya benci matahari.

Ini bukan petualangan. Ini bukan permainan. Ini sebuah kisah. Sebuah cerita. Cerita tentang ketololan 2 orang. Ngga ada yang salah. Tapi kenapa saya masih menyalahkan diri sendiri?
Mulai dingin. Bahkan asap marlboropun ngga bisa menghangatkan. Saya harus kembali ke ruangan yang sama dengan kamu. Tidur di ranjang yang sama dengan kamu. Dan kamu mulai memeluk saya lagi.

Kamu : Kamu dari mana?
Saya : Kamar mandi.
Kamu : Kok lama?
Saya : Ya....

Melepaskan pelukan kamu. Menyalakan komputer, dan mulai menulis. Menulis dan terus menulis. Sampai kepala saya terasa berat. Sampai pagi keparat itu akhirnya benar2 datang.


So, this is where it ends.


[Don't stray. Don't ever go away. I should be much to smart for this. You know it gets the better of me. Sometimes When you and I collide I fall into an ocean of you. Pull me out in time. Don't let me drown. Let me down. I say its all because of you. And here I go. Losing my control. I'm practicing your name. So I can say it to your face. It doesn't seem right To look you in the eye. And let all the things you mean to me Come tumbling out my mouth. Indeed its time. Tell you why I say its infinately true. Say you'll stay. Don't come and go Like you do. Sway my way Yeah I need to know All about you. And there's no cure. And no way to be sure Why everythings turned inside out. Instilling so much doubt. It makes me so tired. I feel so uninspired. My head is battling with my heart. My logic has been torn apart. And now It all turns sour Come sweeten every afternoon. - Bic Runga - Sway]

Sunday, December 12, 2004

Kamu suka anak kecil? Saya suka. Apalagi anak kecil yang montok putih dan lagi lucu2nya. Ntah kenapa saya suka banget ngeliat anak kecil yang sedikit bandel dan pemberani. Kadang2 saya betah duduk sendirian di sebuah taman bermain hanya untuk ngeliatin anak2 kecil itu main ayunan, atau sesekali nyoba manjat pohon atau pager. Kadang saya tertawa. Kadang saya tersenyum. Ntah kenapa... Mungkin mengingatkan saya akan masa kecil. Waktu dimana semuanya cuman tentang tertawa atau menangis karena jatuh. Bukan sedih...

Mata saya mulai terpaku pada anak perempuan berbaju merah. Rambutnya panjang dan sedikit ikal. Celana pendek birunya kotor. Mungkin terkena tanah. - Cantik, kamu nanti di marahi ibu kalo pulang dengan baju belepotan tanah begitu. - Tapi dia tidak mendengar suara di dalam kepala saya. Dia sibuk dengan ember pasir dan sekopnya. Mengaduk2 tanah mencoba membuat istana pasir. Mungkin sambil membayangkan dirinya sebagai putri yang terkurung di menara istana menunggu pangeran dengan kuda putih datang untuk menolongnya. Saya pernah mengalaminya....

Dia berdiri, mengibas2kan celananya, berusaha membersihkan kotoran. Cemberut. Kotoran itu ngga bisa hilang. - Hahahaha... cantik, kamu lucu walopun sedang cemberut begitu. -

Mata saya masih mengikutinya, ketika dia mulai berjalan ke arah jungkat jungkit. Ah.. ternyata sudah ada anak lain yang bermain jungkat jungkit. Dan dia semakin cemberut. Akhirnya dia hanya berdiri di samping jungkat-jungkit itu sambil memperhatikan 2 anak laki2 yang sedang berada di atas jungkat-jungkit itu. Alisnya bertaut. Sepertinya dia semakin larut memperhatikan naik turunnya jungkat-jungkit berwarna orange itu. Anak laki2 yang lebih kecil menghentakkan kaki ke tanah yang membuatnya tersentak keras di atas. Si cantik terkejut. Lalu dia memiringkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. Menggeleng sebentar, lalu berjalan lagi.

Seorang anak laki2 berjalan menghampiri anak perempuan itu. Lalu Sambil tertawa2 ditariknya rambut ikalnya. Si cantik menoleh. Melotot dan mendorong kuat2 anak laki2 itu hingga jatuh terduduk. - Ah.. Cantik, kamu nakal. - Sambil berkacak pinggang dan masih melotot ke anak laki2 yang sudah jatuh itu, terlihat mulutnya berkomat kamit. Marah marah. Ngomel ngomel. - Cantik, kamu galak. Tapi kamu lucu. -

Dengan kepala terangkat, akhirnya dia meninggalkan anak laki2 yang masih terduduk di tanah. Mungkin sudah puas marah2. Dia berjalan menuju ke ayunan yang sedang kosong. Di pegangnya rantai ayunan itu dengan kedua tangannya, dan didudukannya pantatnya ke dudukan ayunan itu. Dan mulai menjejakkan kakinya pelahan ke tanah. Dan ayunan itupun mulai bergoyang pelan. Alisnya masih bertaut. Sisa kemarahannya tadi. Dia mulai menggerakkan badannya untuk menambah lajunya ayunan. Membungkuk, dan meluruskan kaki. Dan akhirnya dia berayun semakin cepat. Semakin cepat dan semakin tinggi. Rambut ikalnya di terbangkan angin. Mukanya mulai merah di terpa angin. Semakin cepat. Semakin tinggi. Dan dia tertawa. Tertawa lebar. Tertawa bahagia. - Ya cantik, teruslah tertawa. Karena kamu lebih cantik kalau sedang tertawa. Teruslah berbahagia. -

Akhirnya dia berhenti menggerakan badannya. Hanya menikmati naik turunnya ayunan. Berayun semakin lambat. Semakin lambat dan semakin rendah. Rambutnya mulai berhenti berkibar. Tawa bahagianya pun mulai memudar. Semakin lambat. Semakin rendah. Sampai akhirnya kaki kecilnya yang beralaskan sandal jepit berwarna merah menjejak tanah. Dan saat itu juga lenyaplah sudah tawa lebarnya tadi. Tawa bahagianya. Tawa yang membuatnya terlihat lebih cantik. Bahkan tak ada sedikitpun sisa yang tertinggal. Walau hanya senyum kecil. Bahkan alisnya pun kembali bertaut. - Ya cantik, semua ayunan ngga akan terus berayun cepat dan tinggi. Semua ayunan akan berayun semakin lambat dan rendah. Sampai akhirnya berhenti sama sekali. Kamu harusnya sudah tau itu, cantik, sebelum kamu meletakan pantat kamu di atas dudukan ayunan itu. Kamu seharusnya sudah tau kalau kamu akan tertawa lebar dan bahagia ketika ayunan itu berayun cepat dan tinggi, tapi kembali cemberut dan menautkan alis ketika ayunan itu mulai berayun lambat dan rendah. -

Pelahan dia mulai berjalan menuju pintu keluar taman bermain. Ditundukkannya kepala. Dimasukkannya tangannya ke dalam saku celananya yang masih teroreng moreng tanah. Kadang ditendangnya kerikil yang ada di depannya. - Ya cantik, kadang kebahagiaan itu hanya bisa kamu rasakan sebentar saja. Sampai akhirnya kamu harus kembali menjejakkan kakimu di tanah, dan kembali menghadapi realita. Kehilangan kebahagiaan yang baru saja kamu rasakan, kebahagiaan yang selama ini sudah susah payah kamu cari, kebahagiaan yang kamu dapat dari ayunan, bukan dari ember pasir dan sekop, bukan dari jungkat jungkit, tapi dari ayunan. Mungkin akan menyakitkan. Mungkin akan membuat kamu sedih. Mungkin akan terasa seperti kehilangan ritme bernafas. Tapi kamu harus bisa menghadapinya. -

Dan diapun mulai menghilang dari pandangan saya. Akhirnya sayapun mulai membereskan kertas A3 dan pensil 2H-6B saya, dan mulai berjalan ke arah yang berlawanan. - Ya cantik, itulah sebabnya, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kamu pada siapapun dan pada apapun. Cuma kamu sendiri yang bisa menciptakan kebahagiaan buat diri kamu sendiri. Makanya jangan pernah buka perasaan kamu kepada siapapun atau apapun. Jangan buka hati kamu terlalu lebar. Karena semakin lebar kamu membuka hati kamu, akan semakin cepat kebahagiaan itu pergi dan menjauhi kamu. Jangan tertawa, cantik! Jangan tertawa kalau kamu ngga ingin tertawa. Jangan biarkan siapapun membuat kamu tertawa. Hanya kamu sendiri yang bisa membuat diri kamu tertawa. -


- Tapi ingat cantik, kamu lebih cantik kalau sedang tertawa. -




[On The Chart : The sundays - Thinking About You, Roxette - Anyone, Roxette - So Far Away, Evanesence - Breath No More, Marlboro Light, Aqua + Es batu, Watching you sleeping]

Friday, December 10, 2004

Bunuh bunuh
Siram siram
Kubur kubur
Injak injak
Timbun timbun
Jangan biarkan hidup


Karena ini sama sekali ngga sehat!
Ini bukan cerita baru. Mungkin ini cerita lama. Tentang kebodohan2 yang sudah dan akan saya buat. Mungkin membosankan, bisa juga jadi menarik. Cerita yang ngga bisa saya bagi2kan ke siapa saja. Kalo kamu bisa baca halaman ini, anggep aja kamu beruntung.

Karena inilah saya! Saya yang sesungguhnya!