Tuesday, July 05, 2005

Ada apa dengan orang Indonesia dan budaya ngantri?
Tadi sempet ke ATM Bca di deket gasibu. Kehabisan cash. Dan ternyata beli telor ama minyak goreng itu nggak bisa make daon *baru tau*. Dan sampe di sana, udah ada 3 orang yang ngantri. Seperti biasa, saya berdiri menyandar ke pagar besi yang mencocok ke pantat saya, dengan tangan di masukkan ke saku celana, menggoyangkan kaki seiring dengan suara Gerard Way. Ok, antrian mulai bergerak. Salah satu orang masuk menggantikan orang yang sudah selesai dengan urusannya di dalam. Dan tiba2, out of nowhere, ada seorang ibu2 baru turun dari boncengan motor suaminya, berjalan cepat ke arah kami *para pengantri*, berdiri di tempat paling dekat dengan pintu bilik ATM. Dan setelah orang yang di dalam keluar, tiba2 si ibu2 ini dengan santainya masuk. Dan hampir saja saya mencegatnya dan menyuruhnya langsung ke belakang antrian. Tapi si ibu2 itu sepertinya punya ilmu menyelipkan-diri-kedalam-antrian-yang-membosankan or something. Yang jelas dia cepet banget nyelak dan langsung masuk. Dan sebelum masuk, dia sempet noleh ke saya dan guess what? DIA TERSENYUM PADA SAYA!!! What the *&@%$?!?!?
Q : Haruskah para penyelak tersenyum dulu pada orang2 yang di selak supaya...say...terlihat sebagai penyelak yang sopan dan ramah?

Ada apa dengan penumpang angkot dan rokok?
Well, walopun saya terus bermimpi bisa kemana2 naik BMW 645ci convertible, tapi nasib berkata lain. Jadi saya harus puas kemana2 naik Limo Hejo *mengutip kata2 seseorang* alias angkot. Dan seperti yang mestinya kita tau, ada semacam peraturan tidak tertulis *baca: tergantung kadar ke-tau-diri-an masing2 orang* bahwa di angkod yang jelas2 kendaraan umum, yang berisi 15 orang yang mungkin tidak saling kenal itu, di sarankan untuk tidak merokok. Apalagi jenis rokok kretek yang baunya bisa bikin separo penduduk Cina mual2. Dont get me wrong... Saya juga perokok. Tapi saya bukan jenis perokok yang mau membuat seluruh angkot jadi ikutan kanker paru2 bersama saya ditambah dengan perasaan mual karena harus mencium asap rokok saya yang notabene lebih berbahaya untuk perokok pasif, selain memang penumpang angkod sudah seharusnya mual2 mengingat para supir angkot itu diyakini bikin SIMnya di kelurahan.
Q : Emangnya para perokok itu akan ngerasa lebih keren kalo udah mampu bikin orang di dalam angkot terbatuk2, berkipas2 dengan tangan, sibuk membuka jendela sambil ngedumel, dan MUNTAH2?

Ada apa dengan saya dan penumpang angkod normal?
Saya nggak tau sejak kapan, saya jadi hobi naik angkod. Hahaha mungkin sejak di bandung, since ga ada pilihan lain di sini kalo mo kemana2 selain naik angkod. Ok, ada taksi. Tapi saya nggak sekaya itu sampe mampu pergi kemana2 dengan taksi. Saya menikmati bertemu banyak orang yang sedang duduk di dalam angkot, menggantungkan nyawanya pada kemahiran si sopir angkot menyetir. Ada yang ngelamun, ada yang ngobrol sama temennya, ada yang tidur. Macem2. Dan menarik2. Seperti ketika saya menemukan seorang anak SMA yang sedang ngobrol dengan temannya *yg juga anak SMA*: "Kok setiap gue lewat siliwangi ini, knapa gambar yang di tembok itu selalu berubah ya?" dan temannya menjawab "Lho, lo ga tau? Itu kan setiap bulan gambarnya di ganti." Dan saya hanya memutar bola mata dan mencoba menyembunyikan senyum.
Bukan... bukan percakapan2 seperti itu yang mengganggu saya. Walopun harus saya akui, justru percakapan2 itu yang membuat saya selalu senang naik angkod. Absurd.
Dan kejadian ini baru kemarin. Saya sedang dalam perjalanan pulang dari daerah dago untuk mengembalikan buku sewaan. Angkod yang saya kosong. Hanya ada 4 orang di belakang. Dan itu berarti tersedia banyak tempat duduk yang lumayan lega kan? Dan tiba2, seorang mbak2 manis yang naik, dan sepertinya ga mau repot untuk masuk kedalam ke kursi yang lebih lega, tapi malahan duduk di dekat pintu, nyempil, dan menghalangi semua orang yang akan masuk atopun keluar dari angkod. Ok, mungkin dia pikir toh dia turun di tempat yang ga jauh dari dia naik. Tapi apa dia tau kalo mungkin ada orang yang akan turun sebelum dia? Atau ada orang yang akan naik sebelum dia turun? Dan disanalah dia duduk, dengan manisnya, memblokir satu2nya akses keluar masuk hanya karena males masuk lebih dalam dan menikmati tempat duduk yang lega.
Setelah itu, angkod mulai agak penuh, dan semakin penuh. Si sopir berteriak2 "palih kanan neng, punteun palih kiri neng, tujuh lima, tujuh lima". Akhirnya kamipun duduk berdesak2an selama beberapa waktu. Sampai di depan kampus UNPAD, akhirnya ada beberapa orang yang turun. Dan angkotpun terasa lega kembali. tapi yang aneh, kenapa saya masih merasa berdesak2an? Saya masih merasa sangat sempit nyaris tidak bisa duduk? Dan saya menoleh ke sebelah kiri saya, tempat seorang ibu2 duduk dengan nyaman, kaki di miringkan *yg jelas2 kakinya itu makan tempat*, sementara di sebelah kiri, bangku kosong terlihat lega dan nyaman! Dan si ibu2 itu sepertinya selain makan tempat dengan duduk miring, sepertinya ga mau geser agar kami yang di sebelah kanannya bisa duduk dengan lebih nyaman. Dan saya bingung. Apa yang di pikirkan oleh ibu2 itu? Kalo mau duduk nyaman ya naik taksilah, buuuuu.....
Q : Saya terlalu banyak complain?

No comments: