Anjing! Rasa sakit itu datang lagi! Sudah sebulan belakangan ini aku mulai merasa ngga enak dengan tubuhku. Ngga napsu makan. Not even gado2 Pak Tomo yang biasanya bisa 2 piring aku habiskan. Kram perut yang semakin sering, pegel2 di daerah pinggangku. Arrghhh... Kalau bisa, pengen rasanya kucopot saja pinggang ini.
Setiap hari dimulai dengan : Migrain, mual2, muntah2, pusing2.
Dan selalu di akhiri dengan : Migrain, lemes, mual2, pusing2.
Dan di antaranya : Mencium bau nasi di masak, muntah! Mencium bawang di goreng, muntah! Mencium ayam di kukus, muntah! Mencium bau parfum yang paling harumpun, muntah!!!
Perutku bahkan tidak sempat terisi taik!
Aku melihat kursi makan warna emas itu, dan ingin rasanya aku mengangkatnya dan memukulkannya ke tembok keras2. Biar patah semua kakinya.
Aku melihat jambangan hitam berisi bunga Lily merah muda itu, dan ingin rasanya aku membantingnya ke tanah. Biar pecah! Hancur berantakan.
Aku melihat lukisan burung merak yang indah itu, dan ingin rasanya aku merobek2nya dengan pisau lipat yang selalu ada di sebelah tempat tidurku.
Aku ingin menghancurkan semuanya! Aku benci semuanya!
Ah, segelas teh panas mungkin bisa membuat semuanya jadi lebih enak. Ya! Segelas teh hangat, koran pagi dan duduk di beranda depan dengan udara yang masih sejuk.
Di teras depan : Membuka halaman pertama koran pagi. BBM NAIK?!?!? Sapa yang harus aku bunuh karena ini?
Masih di teras depan : Menyeruput teh panas yang mulai menghangat. Lalu berlari2 ke kamar mandi.
Di kamar mandi : Muntah2!
Kembali ke teras depan : Males minum teh, males baca koran. Semuanya sama aja. Melihat pejalan2 kaki yang melewati rumahku yang ada di gang kecil dan becek. Dan kadang2 banjir. Lelaki tua dengan seragam abu2, naik sepeda kumbang, membawa tas berwarna hitam dengan potongan rambut yang rapih dan klimis. Terlalu banyak memakai minyak rambut. Mungkin seorang guru yang mengajar di sekolah dasar di ujung gang ini. Aku jadi ingat guru Bhs Indonesia di SDku dulu, yang suka sekali membuat aku berlari2 keliling lapangan volly hanya karena ngga ngerjain PR. Lagian apa sih gunanya PR2 itu? Ingin rasanya kutarik rambutnya yang super rapi itu dan kujatuhkan dia dari sepedanya yang udah di lap sampai mengkilap itu.
"Jamu... jamu... bu jamune bu... Enten jamu beras kencur, enten jamu kunir asem kagem sing gelem awake singset, nopo jamu rapet wangi? Supoyo garwone nambah sayang." Yu Minah biasa dengan senyumnya yang ramah dan lenggak lenggoknya yang genit, yang biasanya bisa membuat aku tersenyumpun kali ini rasanya lain. Ingin rasanya aku membuat satu per satu botol2 jamunya itu, dan kutuang isinya ke atas kepalanya. "Dasar tukang jamu genit!" makiku dalam hati. "Sok sok ramah, padahal kerjaannya hanya ngangkang di bawah tubuh pak Jarwo yang tinggal 3 rumah dari sini", masih di dalam hati.
Ya! Aku memang benci semua orang. Aku benci semua yang ada di muka bumi ini. Aku benci!
Satu bulan ini membuat semua yang ada di diriku terasa tidak enak. Badanku tidak enak, hatiku tidak enak. Semuanya berhubungan. Kalau aku mulai merasakan migrain, segera saja aku langsung ingin menghancurkan semua benda yang ada di sekelilingku. Dan kalau aku merasa mual, segera saja aku ingin membunuh semua orang yang lewat di depan hidungku.
Aku nonton Tv semalam. Seorang ibu muda dengan wajah putus asa berkata dalam acara 'Hidup Sehat Bersama Hembing', "Saya tidak napsu makan, mual2, muntah2. Lalu saya sering terserang migrain, lemes dan pusing2. Cepet capek. Dan menstruasi saya terlambat. Saya pikir saya hamil, tapi ternyata... saya menderita kanker pada rahim saya *menangis tersedu2*". PERSETAN! Bener2 acara ngga mutu!
Dan semalam saya ingat, selama 3 bulan inipun menstruasiku tidak kunjung datang. Dan persetan dengan semua orang yang berusaha memberiku semangat dengan berkata "ah, paling cuman maag", atau "Kamu sedang stress aja kali", atau "Yah, kamu emang agak sedikit gemukan sih, mungkin pola makan aja yang lagi ga bener". Yang jelas ini menakutkan! Sangat menakutkan! Kurapatkan bed cover garis2 hitam putihku. Tapi aku ngga kedinginan. Jadi kenapa aku gemetar?
Pagi ini. Aku ke kamar mandi. Menghindari tatapan pembantuku yang menyelidik. Atau menghakimi? Aku mengambil test pack yang kemarin aku beli, di tengah derasnya hujan aku berlari ke apotik di depan gang, dan di bawah pandangan mencela si kasir, aku membayar test pack keparat itu. Dan sekarang, kubuka bungkus test pack itu, setengah merobek. Kukeluarkan benda panjang berwarna putih itu, dan aku duduk di kloset biruku. Pelan2, ku teteskan beberapa tetes air seniku.
Aku menunggu... dan menunggu... Kucengkeram celana baby doll unguku. Melihat ke langit2 kamar mandi. Menggigit bibir. Memandang ke mana saja selain ke benda panjang berwarna putih itu. Takut, berdebar, bingung. Memikirkan apa saja selain hasil dari test pack itu. Menunggu... dan menunggu...
Genap 3 menit! Dengan ragu2 kuangkat benda putih itu sampai setara dengan mataku. Dan hampir menangis melihat hasilnya...
No comments:
Post a Comment