Sunday, December 12, 2004

Kamu suka anak kecil? Saya suka. Apalagi anak kecil yang montok putih dan lagi lucu2nya. Ntah kenapa saya suka banget ngeliat anak kecil yang sedikit bandel dan pemberani. Kadang2 saya betah duduk sendirian di sebuah taman bermain hanya untuk ngeliatin anak2 kecil itu main ayunan, atau sesekali nyoba manjat pohon atau pager. Kadang saya tertawa. Kadang saya tersenyum. Ntah kenapa... Mungkin mengingatkan saya akan masa kecil. Waktu dimana semuanya cuman tentang tertawa atau menangis karena jatuh. Bukan sedih...

Mata saya mulai terpaku pada anak perempuan berbaju merah. Rambutnya panjang dan sedikit ikal. Celana pendek birunya kotor. Mungkin terkena tanah. - Cantik, kamu nanti di marahi ibu kalo pulang dengan baju belepotan tanah begitu. - Tapi dia tidak mendengar suara di dalam kepala saya. Dia sibuk dengan ember pasir dan sekopnya. Mengaduk2 tanah mencoba membuat istana pasir. Mungkin sambil membayangkan dirinya sebagai putri yang terkurung di menara istana menunggu pangeran dengan kuda putih datang untuk menolongnya. Saya pernah mengalaminya....

Dia berdiri, mengibas2kan celananya, berusaha membersihkan kotoran. Cemberut. Kotoran itu ngga bisa hilang. - Hahahaha... cantik, kamu lucu walopun sedang cemberut begitu. -

Mata saya masih mengikutinya, ketika dia mulai berjalan ke arah jungkat jungkit. Ah.. ternyata sudah ada anak lain yang bermain jungkat jungkit. Dan dia semakin cemberut. Akhirnya dia hanya berdiri di samping jungkat-jungkit itu sambil memperhatikan 2 anak laki2 yang sedang berada di atas jungkat-jungkit itu. Alisnya bertaut. Sepertinya dia semakin larut memperhatikan naik turunnya jungkat-jungkit berwarna orange itu. Anak laki2 yang lebih kecil menghentakkan kaki ke tanah yang membuatnya tersentak keras di atas. Si cantik terkejut. Lalu dia memiringkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. Menggeleng sebentar, lalu berjalan lagi.

Seorang anak laki2 berjalan menghampiri anak perempuan itu. Lalu Sambil tertawa2 ditariknya rambut ikalnya. Si cantik menoleh. Melotot dan mendorong kuat2 anak laki2 itu hingga jatuh terduduk. - Ah.. Cantik, kamu nakal. - Sambil berkacak pinggang dan masih melotot ke anak laki2 yang sudah jatuh itu, terlihat mulutnya berkomat kamit. Marah marah. Ngomel ngomel. - Cantik, kamu galak. Tapi kamu lucu. -

Dengan kepala terangkat, akhirnya dia meninggalkan anak laki2 yang masih terduduk di tanah. Mungkin sudah puas marah2. Dia berjalan menuju ke ayunan yang sedang kosong. Di pegangnya rantai ayunan itu dengan kedua tangannya, dan didudukannya pantatnya ke dudukan ayunan itu. Dan mulai menjejakkan kakinya pelahan ke tanah. Dan ayunan itupun mulai bergoyang pelan. Alisnya masih bertaut. Sisa kemarahannya tadi. Dia mulai menggerakkan badannya untuk menambah lajunya ayunan. Membungkuk, dan meluruskan kaki. Dan akhirnya dia berayun semakin cepat. Semakin cepat dan semakin tinggi. Rambut ikalnya di terbangkan angin. Mukanya mulai merah di terpa angin. Semakin cepat. Semakin tinggi. Dan dia tertawa. Tertawa lebar. Tertawa bahagia. - Ya cantik, teruslah tertawa. Karena kamu lebih cantik kalau sedang tertawa. Teruslah berbahagia. -

Akhirnya dia berhenti menggerakan badannya. Hanya menikmati naik turunnya ayunan. Berayun semakin lambat. Semakin lambat dan semakin rendah. Rambutnya mulai berhenti berkibar. Tawa bahagianya pun mulai memudar. Semakin lambat. Semakin rendah. Sampai akhirnya kaki kecilnya yang beralaskan sandal jepit berwarna merah menjejak tanah. Dan saat itu juga lenyaplah sudah tawa lebarnya tadi. Tawa bahagianya. Tawa yang membuatnya terlihat lebih cantik. Bahkan tak ada sedikitpun sisa yang tertinggal. Walau hanya senyum kecil. Bahkan alisnya pun kembali bertaut. - Ya cantik, semua ayunan ngga akan terus berayun cepat dan tinggi. Semua ayunan akan berayun semakin lambat dan rendah. Sampai akhirnya berhenti sama sekali. Kamu harusnya sudah tau itu, cantik, sebelum kamu meletakan pantat kamu di atas dudukan ayunan itu. Kamu seharusnya sudah tau kalau kamu akan tertawa lebar dan bahagia ketika ayunan itu berayun cepat dan tinggi, tapi kembali cemberut dan menautkan alis ketika ayunan itu mulai berayun lambat dan rendah. -

Pelahan dia mulai berjalan menuju pintu keluar taman bermain. Ditundukkannya kepala. Dimasukkannya tangannya ke dalam saku celananya yang masih teroreng moreng tanah. Kadang ditendangnya kerikil yang ada di depannya. - Ya cantik, kadang kebahagiaan itu hanya bisa kamu rasakan sebentar saja. Sampai akhirnya kamu harus kembali menjejakkan kakimu di tanah, dan kembali menghadapi realita. Kehilangan kebahagiaan yang baru saja kamu rasakan, kebahagiaan yang selama ini sudah susah payah kamu cari, kebahagiaan yang kamu dapat dari ayunan, bukan dari ember pasir dan sekop, bukan dari jungkat jungkit, tapi dari ayunan. Mungkin akan menyakitkan. Mungkin akan membuat kamu sedih. Mungkin akan terasa seperti kehilangan ritme bernafas. Tapi kamu harus bisa menghadapinya. -

Dan diapun mulai menghilang dari pandangan saya. Akhirnya sayapun mulai membereskan kertas A3 dan pensil 2H-6B saya, dan mulai berjalan ke arah yang berlawanan. - Ya cantik, itulah sebabnya, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kamu pada siapapun dan pada apapun. Cuma kamu sendiri yang bisa menciptakan kebahagiaan buat diri kamu sendiri. Makanya jangan pernah buka perasaan kamu kepada siapapun atau apapun. Jangan buka hati kamu terlalu lebar. Karena semakin lebar kamu membuka hati kamu, akan semakin cepat kebahagiaan itu pergi dan menjauhi kamu. Jangan tertawa, cantik! Jangan tertawa kalau kamu ngga ingin tertawa. Jangan biarkan siapapun membuat kamu tertawa. Hanya kamu sendiri yang bisa membuat diri kamu tertawa. -


- Tapi ingat cantik, kamu lebih cantik kalau sedang tertawa. -




[On The Chart : The sundays - Thinking About You, Roxette - Anyone, Roxette - So Far Away, Evanesence - Breath No More, Marlboro Light, Aqua + Es batu, Watching you sleeping]

No comments: