These are my 7 Craps. 7 things that i approve. Lemparan dari Bubba.
(Janji gue yah, Bub...)
1. Homeless animal shelter.
Suka nggak tega aja ngeliat kucing atau anjing liar di jalanan. Apalagi kalau ada yang luka karena kecelakaan, atau yang lebih parah lagi, digebuk orang.
Binatang2 itu seharusnya disayangin. Binatang2 itu seharusnya jadi teman kita. Bukan jadi sandsak tinju atau pengasah parang.
2. Hukum gantung untuk cowo yang matanya suka belanja padahal dia lagi jalan sama kita.
Ya ya, hukum "orang-punya-mata-ya-gunanya-untuk-melihat-keindahan" tidak berlaku di sini. Sebenernya para cowok ini tau nggak sih kalau dengan dia ngelirik cewe laen, akan membuat cewe itu berpikir, "dih ni cowo... udah ada cewenya, masih juga ngelirik2 gue. Kesian deh tu cewe" (nada sinis penuh kemenangan, perhatikan!). Berapa banyak dari kalian para cewe yang berpikir gitu kalo ada cowo dengan monyet di sebelahnya nglirik ke kamu? Well, saya termasuk. Hehehehe... Perempuan itu mahluk yang super kompetitif. Dengan dilirik oleh pacar cewe lain, makan dia akan merasa menang dari si cewe lain tersebut. Merasa lebih cantik, lebih menarik dan lebih hebat. Dan itu akhirnya memberikan kesan bahwa si cewe ini nggak bisa jagain cowonyalah, nggak bisa muasin cowonyalah dan nggak berarti sama sekali di mata cowonya. Lha buktinya cowonya aja masih lirak lirik cewe lain kok! Kalo puas sama cewenya, ga akan lirak lirik blanja blanji dwong? Jadi para cowo kalo MAU menjaga perasaan cewenya dan menghargainya, tolong berhati2lah melirik. Bisa menimbulkan perasaan insecure tauk! Membuat kita (kita? SAYA!) ngerasa jadi seorang failure. Yah failure yang gagal menyenangkan dan memuaskan lelaki yang dicintainya (nya? ku!). Mengertilah, lirikan, kerlingan dan flirtingan kalian, yang menurut kalian cuman buat "FUN" dan nggak berarti apa2 itu, menghancurkan hati kami! *bok, ini curhat colongan lagi kah? Bodo! Blog2 gue ini... :))*
3. Buku-buku murah (gratis lebih baik!).
Biar rakyat negara ini tu nggak bodo2 amat. Nggak semua orang MAU (bukan BISA ya) sekolah. Ada yang males, ada yang lebih mentingin nyari duit, walopun nyari duitnya tu cuman ngamen doang. Saya termasuk salah satu dari mereka. Lebih mending ngamen daripada sekolah lagi. Kecuali kalo ada yang ngasih beasiswa ke London gitu. Tapi dengan buku gratis, orang bisa baca dimana aja. Sambil nunggu lampu ijo berubah ke merah, sambil nungguin orang baru duduk di warung makan, sambil neduh saat hujan, orang bisa baca buku. Baca buku, apa aja, komik kek, novel kek, buku pelajaran kek, self help, apa aja, pasti bisa bikin pinter. At least, wawasan bisa sedikit lebih luas.
4. FRIENDS Bonus Reunion Season.
I just crazy about them that much!
5. MRT/Skytrain/Tube, You name it!
Tapi tentunya yang ga make macet2an juga (betapa tololnya ide busway!), tempat duduk nyaman. AC bener. Tanpa ada jejak2 anarkis. Pokoknya rapih deh. Tapi apakah mungkin, mengingat atittude orang kita sendiri juga udah kaya ga bisa ngeliat barang bagus dikit, bawaannya pengen ngerusak!
6. Jam Tidur Siang!
Yeah.. yeah.. i am that lazy! Just like a lil sleepy PIG!
7. Legalisasi pembunuhan perempuan2 cantik tanpa otak yang suka main dukun! *akar pahit penuh dendam membara*
Enuff said!
Ayo ayo... ada lagi yang mo melanjutkan? Silahkan saja lho. Saya sih ngga suka memaksa, nggak seperti beberapa orang yang saya kenal. *lirik!*
Wednesday, February 27, 2008
Wednesday, February 20, 2008
Cloverfield! Tidak disarankan bagi anda yang memiliki tekanan darah rendah! Anda bisa terserang rasa pusing, mual dan tiba2 merasa seperti seorang claustrophobic.
Secara cerita, sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru dari Cloverfield. Ceritanya kurang lebih mirip dengan Monster Thriller2 hollywood lainnya. Lihat saja KingKong, Godzilla, atau Jurrasic park. Monster super besar yang mengacak2 New York dengan tanda dihancurkannya Empire State Building yang masih menjadi icon dari Big Apple ini. Yang berbeda hanyalah Cloverfield tidak menawarkan aksi heroik ala Hollywood. Tidak ada pahlawan dengan celana dalam di luar yang siap menerjang monster ini. Film ini hanya menawarkan cerita tentang 5 remaja amerika yang berusaha survive ditengah2 teror ini dengan cara2 mereka sendiri.
Scene pembuka yang unik sempat membuat para penonton ber"oohh" dan "aahh" kecewa. Pasti mereka mengira ada kerusakan glondongan film pada saat itu. Padahal itu hanyalah bagian dari opening scene yang memutar US army documentation video. Mungkin itulah sebabnya mengapa Matt Reeves, Sang Sutradara memilih untuk menggunakan tehnik dokumenter dalam memfilemkan Cloverfield. Tehnik yang sama yang pernah digunakan oleh Daniel Myrick dan Eduardo Sanchez dalam film Blair Witch Project tahun 1999 silam. Setengah jam pertama saya merasa mual karena mata saya terus dipaksa untuk berorientasi dengan pengambilan gambar yang bergoyang-goyang. Sempat saya menyesali tehnik pengambilan gambar dari film yang cara promosinya paling aneh ini. Tapi setelah lewat dari setengah jam, dan mata saya mulai terbiasa dengan goncangan2 gambar, saya malah mulai menikmati jalan ceritanya. Bahkan kalau boleh saya bilang, tehnik gambar dokumenter yang seperti diambil dengan handycam ini justru memberi efek real yang sangat dasyat. Penonton seperti diajak untuk terjun langsung ke dalam adegan per adegan. Keseruannya terasa lebih nyata! Rasanya seperti sedang mengalami sendiri teror monster raksasa ini. Seperti nonton 4D, tapi tanpa gambar keluar, kacamata 3D, dan air yang menyemprot ke kuping kamu. Acungan jempol untuk ide "Handycam"- nya.
Sedangkan untuk pembuka dari thriller-scene-nya cukup spektakuler dan dramatis. Apa yang akan kamu rasakan, saat didera kepanikan karena goncangan gempa bumi yang cukup dasyat, dan tepat setelah melihat Empire State Building meledak, dan sesaat kemudian ada sebuah benda besar melayang di atas kepala kamu dan mendarat sekitar 4 meter tepat di depan hidung kamu. Dan sangat kamu lihat ternyata itu adalah KEPALA PATUNG LIBERTY!! Lengkap dengan goresan2 dan codet2an yang entah disebabkan oleh apa. Ini adalah salah satu scene cukup membuat saya terlonjak dari tempat duduk saya yang empuk. Mengesankan!
Satu lagi yang saya acungi jempol dari film ini adalah endingnya. Saya nggak mau jadi Spoiler di sini. Jadi kalau kamu mau seperti ending dari film yang sangat dirahasiakan pembuatannya ini (bagian dari cara promosi aneh yang saya sebut diatas), kamu harus nonton sendiri. Tapi saya akan bilang satu hal. Ini adalah film Monster Thriller dengan ending paling realistis yang pernah saya tonton!
Jadi jangan tunggu sampai weekend untuk nonton film ini, karena selain lebih rame, harga tiket lebih mahal. Langsung terbang blitzmegaplex atau studio 21 terdekat. Dan jangan lupa, seperti yang selalu saya pesankan ke teman2 saya yang mau nonton film ini, BAWA ANTIMO BIAR NGGAK MABOK!!!
Selamat menonton. :)
Wednesday, February 13, 2008
Pembicaraan dengan salah seorang expertist di team project saya.
Dia: Manusia tuh, kalo punya tampang mah nggak perlu make otak buat idup.
Saya : Wah, iya pak!! Makanya, Tuhan itu adil. Orang cantik slesh Ganteng biasanya agak2 lambat. *menggesturkan tanda kutib*
Dia: Nah, itu dia! Mangkanya... kenapa juga harus pusing2 make otak, mikir keras, kalo bisa jual tampang dan laku harga tinggi.
Seorang pendompleng pembicaraan (from now on will be called SPP): Iya! Biasanya orang2 bertampang, suka ga berotak!
Saya: Mungkin bukannya ga berotak ya. Cuman secara jual tampang aja udah laku, jadi akhirnya otaknya jadi ga kepake.
Dia: Semacam otak Hommer jadinya yah?
Saya+SPP: iya! Segede kacang polong!
Dia: Makanya kemaren pas recruit java programmer, semua appliancenya ga ada yang bisa java. Masalah pinter sih... yah sama2 standart semua. Jadi saya bilang ke anak buah, kamu pilih aja yang mana yang bikin kamu paling rela untuk ngajarin. Itu berarti yang Cantik kan? Jadi akhirnya, diputuskanlah, yang diterima yang Cantik. Ga terlalu pinter ga masalah lah. Orang cantik kan bisa meredam emosi jiwa. Adem gitu...
Saya: *dalam hati* Pervert!!!
Dan begitulah ternyata, sodara2, proses perekrutan karyawan yang ideal.
Dia: Manusia tuh, kalo punya tampang mah nggak perlu make otak buat idup.
Saya : Wah, iya pak!! Makanya, Tuhan itu adil. Orang cantik slesh Ganteng biasanya agak2 lambat. *menggesturkan tanda kutib*
Dia: Nah, itu dia! Mangkanya... kenapa juga harus pusing2 make otak, mikir keras, kalo bisa jual tampang dan laku harga tinggi.
Seorang pendompleng pembicaraan (from now on will be called SPP): Iya! Biasanya orang2 bertampang, suka ga berotak!
Saya: Mungkin bukannya ga berotak ya. Cuman secara jual tampang aja udah laku, jadi akhirnya otaknya jadi ga kepake.
Dia: Semacam otak Hommer jadinya yah?
Saya+SPP: iya! Segede kacang polong!
Dia: Makanya kemaren pas recruit java programmer, semua appliancenya ga ada yang bisa java. Masalah pinter sih... yah sama2 standart semua. Jadi saya bilang ke anak buah, kamu pilih aja yang mana yang bikin kamu paling rela untuk ngajarin. Itu berarti yang Cantik kan? Jadi akhirnya, diputuskanlah, yang diterima yang Cantik. Ga terlalu pinter ga masalah lah. Orang cantik kan bisa meredam emosi jiwa. Adem gitu...
Saya: *dalam hati* Pervert!!!
Dan begitulah ternyata, sodara2, proses perekrutan karyawan yang ideal.
Tuesday, February 12, 2008
"Valentine's Day sucks!!!"
Sering kali saya mendengar kalimat ini terlontar. Biasanya reaksi saya hanya tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Saya punya alasan tersendiri untuk mentertawakan para "Valentine's-Day-Haters". Plural. Karena, percayalah, ternyata banyak orang yang melontarkan pernyataan ini.
Menurut pengalaman saya, para V-Day hater (V stands for Valentine. Not Vagina! Because i think everybody would love a Vagina-Day!) ini adalah para jomblo2 merana. Orang2 yang nggak punya siapa2 untuk share hari kasih sayang ini. Mungkin mereka memutuskan untuk menjadi sinical karena dengan begitu akan lebih mudah buat mereka menjalani hari valentine ini sendirian.
Kemungkinan kedua, mereka ini adalah orang2 yang baru saja patah hati. Baru saja merasakan (dan akhirnya menyimpulkan) bahwa cinta dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya adalah hal yang menyebalkan, menyakitkan ataupun murahan. Memutuskan untuk mengutuki, mencaci dan menganggap rendah segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta. Mungkin denial bisa membuat mereka merasa lebih enak. Bisa meringankan beban hati mereka yang sedang sakit. God have mercy for their souls.
Biasanya tawa saya akan semakin keras kalau yang mengucapkan kalimat hujatan di atas adalah kaum hawa. Biasanya saya akan menjawab, "ah, sucks.. sucks... tapi kalo ada batangan yang tiba2 dateng dan ngasih lo bunga juga lo akan klepek2!" Sama seperti yang ungkapkan oleh Jeng Ini. Sedangkan untuk para lelaki, mungkin lebih kompleks. Bisa jadi mereka benci hari valentine karena itu berarti mereka harus mengeluarkan dana lebih untuk menyenangkan pasangan mereka. "Why should we wine and dine someone first to get laid?" pasti begitu pikir mereka! Atau yang lebih menyedihkan, udah ngeluarin duit banyak untuk wine and dine but still dont get laid! Hahahaha... Atau alasan lainnya, ya itu tadi, abis di khianati oleh perempuan lacurnya, yang udah di wine and dine, udah pula get laid, tapi ternyata si perempuan punya partner get laid yang lain! Para lelaki itu sangat sensitif ternyata yah? Bisa juga para lelaki itu hanya nggak mau dianggap chezy kalo ikut2an mengagung-agungkan hari valentine seperti para perempuan. Bisa juga mereka hanya sama sekali nggak peduli dengan hari valentine.
Tapi kalo nggak peduli, kenapa juga harus membenci hari valentine? Nggak make sense kan?
Saya sendiri? Saya dulu sempat jadi seorang V-day Hatter. Bahkan saya biasa menyebutnya "FUCKlentine's Day". Kenapa? Karena saya nggak mau dianggep cewe cheezy, dan lebih2 lagi, karena nggak ada lelaki bodoh yang mau memberi saya segala tetek bengek coklat, bunga atau teddy bear. Hahaha...
Sekarang, saya bukan lagi pembenci hari valentine, bukan juga pemuja. Tapi pastinya saya juga mengharap ada orang yang cukup sayang sama saya, yang akan ngajakin saya dinner, membelikan bunga dan coklat, lalu berdua bergelung di depan TV, nonton film2 yang diromantisasi oleh hollywood secara spektakuler, sambil makan coklat. Tapi itu semua akan jadi indah, kalo si orang ini juga jadi bahagia dengan melakukan itu semua untuk saya. Dan bukan hanya karena itu keinginan saya. Bukan hanya karena saya minta. Sunguh bayangan yang sempurna atas sebuah romantisme, bukan?
Valentine ini, mungkin saya akan sendirian. Tidak merayakannya dengan siapapun. Tapi mungkin itu jadi lebih tidak menyakitkan, daripada saya harus merayakannya dengan orang yang tidak mencintai saya. Rasanya jadi terlalu egois. Terlalu memaksakan.
So, Happy Valentine's Day, everyone!
Sering kali saya mendengar kalimat ini terlontar. Biasanya reaksi saya hanya tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Saya punya alasan tersendiri untuk mentertawakan para "Valentine's-Day-Haters". Plural. Karena, percayalah, ternyata banyak orang yang melontarkan pernyataan ini.
Menurut pengalaman saya, para V-Day hater (V stands for Valentine. Not Vagina! Because i think everybody would love a Vagina-Day!) ini adalah para jomblo2 merana. Orang2 yang nggak punya siapa2 untuk share hari kasih sayang ini. Mungkin mereka memutuskan untuk menjadi sinical karena dengan begitu akan lebih mudah buat mereka menjalani hari valentine ini sendirian.
Kemungkinan kedua, mereka ini adalah orang2 yang baru saja patah hati. Baru saja merasakan (dan akhirnya menyimpulkan) bahwa cinta dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya adalah hal yang menyebalkan, menyakitkan ataupun murahan. Memutuskan untuk mengutuki, mencaci dan menganggap rendah segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta. Mungkin denial bisa membuat mereka merasa lebih enak. Bisa meringankan beban hati mereka yang sedang sakit. God have mercy for their souls.
Biasanya tawa saya akan semakin keras kalau yang mengucapkan kalimat hujatan di atas adalah kaum hawa. Biasanya saya akan menjawab, "ah, sucks.. sucks... tapi kalo ada batangan yang tiba2 dateng dan ngasih lo bunga juga lo akan klepek2!" Sama seperti yang ungkapkan oleh Jeng Ini. Sedangkan untuk para lelaki, mungkin lebih kompleks. Bisa jadi mereka benci hari valentine karena itu berarti mereka harus mengeluarkan dana lebih untuk menyenangkan pasangan mereka. "Why should we wine and dine someone first to get laid?" pasti begitu pikir mereka! Atau yang lebih menyedihkan, udah ngeluarin duit banyak untuk wine and dine but still dont get laid! Hahahaha... Atau alasan lainnya, ya itu tadi, abis di khianati oleh perempuan lacurnya, yang udah di wine and dine, udah pula get laid, tapi ternyata si perempuan punya partner get laid yang lain! Para lelaki itu sangat sensitif ternyata yah? Bisa juga para lelaki itu hanya nggak mau dianggap chezy kalo ikut2an mengagung-agungkan hari valentine seperti para perempuan. Bisa juga mereka hanya sama sekali nggak peduli dengan hari valentine.
Tapi kalo nggak peduli, kenapa juga harus membenci hari valentine? Nggak make sense kan?
Saya sendiri? Saya dulu sempat jadi seorang V-day Hatter. Bahkan saya biasa menyebutnya "FUCKlentine's Day". Kenapa? Karena saya nggak mau dianggep cewe cheezy, dan lebih2 lagi, karena nggak ada lelaki bodoh yang mau memberi saya segala tetek bengek coklat, bunga atau teddy bear. Hahaha...
Sekarang, saya bukan lagi pembenci hari valentine, bukan juga pemuja. Tapi pastinya saya juga mengharap ada orang yang cukup sayang sama saya, yang akan ngajakin saya dinner, membelikan bunga dan coklat, lalu berdua bergelung di depan TV, nonton film2 yang diromantisasi oleh hollywood secara spektakuler, sambil makan coklat. Tapi itu semua akan jadi indah, kalo si orang ini juga jadi bahagia dengan melakukan itu semua untuk saya. Dan bukan hanya karena itu keinginan saya. Bukan hanya karena saya minta. Sunguh bayangan yang sempurna atas sebuah romantisme, bukan?
Valentine ini, mungkin saya akan sendirian. Tidak merayakannya dengan siapapun. Tapi mungkin itu jadi lebih tidak menyakitkan, daripada saya harus merayakannya dengan orang yang tidak mencintai saya. Rasanya jadi terlalu egois. Terlalu memaksakan.
So, Happy Valentine's Day, everyone!
Wednesday, February 06, 2008
About the Layout. Sebenernya ini layout lama. Mungkin bahkan ini layout pertama kali saya bikin blog ini. Tapi entah kenapa saya tetep suka. Simple and peaceful kesannya. Jadi yah, bisa dibilang CLBK. Hahahaha...
Sudah hampir seminggu ini saya disibukan degan pindahan kantor ke sana kemari. Nggak sempet update blog, nggak sempet blogwalking, chating juga antara ada dan tiada. Intinya, project baru, kesibukan baru juga kestressan baru pastinya.
Belakangan saya mendapat pertanyaan yang sama dari beberapa orang berbeda. "Lo tu orangnya gelap banget sih?", "Lo seharusnya bisa lebih cheerful (semacam sebutan untuk vagina di majalah lifestyle?)", "What happened to you, dear? Lo kok belakangan kayanya desperate banget, mellow aja?", "Lo seharusnya bisa lebih positif melihat hidup ini. Nggak segitu skeptisnya" dan masih banyak lagi.
And can you blame me for being skeptical in this crappy so called "Real Life"? Dunia dimana Hukum Rimba berlaku. Siapa cepat, dia dapat. Eat, or be eaten! Dunia dimana hal2 buruk lebih banyak terjadi. Dunia dimana "Hope is just a fancy word for Disappointment" is not just a phrase. Saya harus harus membiasakan diri dengan segala kekecewaan yang mungkin akan menimpa saya. Harus selalu well prepared, supaya kalau jatuh nggak sakit2 amat.
"Nggak selalu hal buruk yang terjadi ama kamu kan? Justru dengan pikiran negatif kaya gitu, justru hal2 negatif yang akan mendatangi kamu," kata seseorang.
Dan saya menjawab, "Honey, untuk hal2 yang bagus, untuk hal2 yang membahagiakan, gue nggak perlu well prepared. Kalo seneng2 mah ya nikmatin aja. tapi kalo hal2 buruk? Hal2 yang menyakitkan? Kalo ga bener2 ada persiapan mental, bisa bunuh diri lo! Dunia ini kejam, Jendral!"
Analoginya seperti ini. Yang paling simple yang pernah saya lontarkan adalah "Memanjat Pohon". Saat memanjat pohon, kamu akan mempelajari pohon itu terlebih dahulu. Melihat apakah ranting2 dan dahan2nya kuat. Jalan mana yang paling mudah diambil untuk sampai ke puncak pohon. Setelah itu mulai memanjat. Lalu rasa2kan, apakah dahannya licin? Say, worst casenya, kamu jatuh dari pohon sebelum sampe ke puncak, kira2 gimana memposisikan tubuh supaya saat menghempas tanah, bagian2 vital tidak terhempas keras. Meminimalis luka tubuh. Mengurangi kemungkinan cedera dan patah tulang. Pikirkan skenario paling buruk, hingga kalau justru skenario itulah yang terjadi, kamu udah siap. Tau apa yang harus kamu lakukan. Nggak cuman ngengkleng *dear bubba, apa basa indonesanya ngengkleng?* ga jelas kaya sapi ompong, lalu bunuh diri. Orang yang positive akan bertanya "mungkin aja yang negative ga akan terjadi dan justru yang positive yang terjadi kan, eve?" Dan saya akan jawab, "Yah, kalo yang positive yang kejadian, say misalnya dalam kasus manjat pohon ini, kamu berhasil sampe atas, ya nikmatin aja. Ga perlu prepare2 segala macem tokai kucing kan? Tinggal lakuin aja apa yang mau lo lakuin diatas sana."
So, me being negative, ada alasannya. Bukan berarti saya adalah mahluk pemuram durja yang ga tau diuntung. Saya hanya ga mau jatuh, terhempas, patah tulang, lalu mati! Saya lebih pintar daripada itu!
Besides, saya negative, itu kan kamu liat di blog ini saja. Bukankah itulah gunanya blog? Untuk menyalurkan segala negatifitas supaya nggak tertahan di dalam, membuncah lalu meledak? Saya tetap perlu penyaluran. Dan mengapa isi blog saya semuanya negatif? karena saya hanya menulis waktu yang saya rasakan sedang negatif.
Anyway, ojek jemputan saya sudah menunggu di bawah. Jadi saya harus pulang.
Oh ya, kalau kamu suka backsound template ini, judulnya Answer dari Sarah Mclachlan.
Sudah hampir seminggu ini saya disibukan degan pindahan kantor ke sana kemari. Nggak sempet update blog, nggak sempet blogwalking, chating juga antara ada dan tiada. Intinya, project baru, kesibukan baru juga kestressan baru pastinya.
Belakangan saya mendapat pertanyaan yang sama dari beberapa orang berbeda. "Lo tu orangnya gelap banget sih?", "Lo seharusnya bisa lebih cheerful (semacam sebutan untuk vagina di majalah lifestyle?)", "What happened to you, dear? Lo kok belakangan kayanya desperate banget, mellow aja?", "Lo seharusnya bisa lebih positif melihat hidup ini. Nggak segitu skeptisnya" dan masih banyak lagi.
And can you blame me for being skeptical in this crappy so called "Real Life"? Dunia dimana Hukum Rimba berlaku. Siapa cepat, dia dapat. Eat, or be eaten! Dunia dimana hal2 buruk lebih banyak terjadi. Dunia dimana "Hope is just a fancy word for Disappointment" is not just a phrase. Saya harus harus membiasakan diri dengan segala kekecewaan yang mungkin akan menimpa saya. Harus selalu well prepared, supaya kalau jatuh nggak sakit2 amat.
"Nggak selalu hal buruk yang terjadi ama kamu kan? Justru dengan pikiran negatif kaya gitu, justru hal2 negatif yang akan mendatangi kamu," kata seseorang.
Dan saya menjawab, "Honey, untuk hal2 yang bagus, untuk hal2 yang membahagiakan, gue nggak perlu well prepared. Kalo seneng2 mah ya nikmatin aja. tapi kalo hal2 buruk? Hal2 yang menyakitkan? Kalo ga bener2 ada persiapan mental, bisa bunuh diri lo! Dunia ini kejam, Jendral!"
Analoginya seperti ini. Yang paling simple yang pernah saya lontarkan adalah "Memanjat Pohon". Saat memanjat pohon, kamu akan mempelajari pohon itu terlebih dahulu. Melihat apakah ranting2 dan dahan2nya kuat. Jalan mana yang paling mudah diambil untuk sampai ke puncak pohon. Setelah itu mulai memanjat. Lalu rasa2kan, apakah dahannya licin? Say, worst casenya, kamu jatuh dari pohon sebelum sampe ke puncak, kira2 gimana memposisikan tubuh supaya saat menghempas tanah, bagian2 vital tidak terhempas keras. Meminimalis luka tubuh. Mengurangi kemungkinan cedera dan patah tulang. Pikirkan skenario paling buruk, hingga kalau justru skenario itulah yang terjadi, kamu udah siap. Tau apa yang harus kamu lakukan. Nggak cuman ngengkleng *dear bubba, apa basa indonesanya ngengkleng?* ga jelas kaya sapi ompong, lalu bunuh diri. Orang yang positive akan bertanya "mungkin aja yang negative ga akan terjadi dan justru yang positive yang terjadi kan, eve?" Dan saya akan jawab, "Yah, kalo yang positive yang kejadian, say misalnya dalam kasus manjat pohon ini, kamu berhasil sampe atas, ya nikmatin aja. Ga perlu prepare2 segala macem tokai kucing kan? Tinggal lakuin aja apa yang mau lo lakuin diatas sana."
So, me being negative, ada alasannya. Bukan berarti saya adalah mahluk pemuram durja yang ga tau diuntung. Saya hanya ga mau jatuh, terhempas, patah tulang, lalu mati! Saya lebih pintar daripada itu!
Besides, saya negative, itu kan kamu liat di blog ini saja. Bukankah itulah gunanya blog? Untuk menyalurkan segala negatifitas supaya nggak tertahan di dalam, membuncah lalu meledak? Saya tetap perlu penyaluran. Dan mengapa isi blog saya semuanya negatif? karena saya hanya menulis waktu yang saya rasakan sedang negatif.
Anyway, ojek jemputan saya sudah menunggu di bawah. Jadi saya harus pulang.
Oh ya, kalau kamu suka backsound template ini, judulnya Answer dari Sarah Mclachlan.
Subscribe to:
Posts (Atom)