Thursday, April 10, 2008

Hari ini hujan, Bunda. Aku masih berkutat dengan keseharianku. Aku jadi teringat pesanmu. “Jangan pulang terlalu malam, nduk.” Atau, “kamu jaga diri baik-baik ya…”.

Aku telah gagal, Bunda. Gagal menjalankan pesanmu. Aku melalaikan petuahmu. Aku kesakitan. Dan setiap rasa itu datang, aku merintih, memanggilmu, Bunda. Merindukan rumah 9 bulanku. Tempat amanku. Rahimmulah pelindungku. Denyut jantungmulah penenangku. Bunda, aku terluka…

Setiap malam, disela sesak nafasku, wajahmu terbayang. Aku menggapaikan tanganku, berusaha meraihnya. Bunda tersenyumlah untukku. Karena senyummu memberiku kekuatan. Aku berteriak, memohon pertolonganmu. Mengharap kau membawaku keluar dari kubangan perih yang kurasa. Bunda, tolong aku…

Bunda, aku kangen rumah. “Aku ingin pulang”, kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku. Aku ingin ini semua berakhir. Aku tidak lagi punya kekuatan, Bunda. Aku tidak lagi mau berjuang. Aku lelah. Bawa aku pulang, Bunda…

Sekarang disinilah aku. Berteman segelas air, rintik hujan, bau tanah basah, dan pembebasanku. Jalanku menuju rumah. Maafkan aku, Bunda. Aku tahu ini bukanlah mimpimu untuk diriku. Ini bukan keinginanmu untuk terjadi padaku. Bunda, aku ingin bertemu denganmu. Bersatu lagi seperti dulu. Maka ijinkanlah aku berjalan di jalan ini. Ijinkan aku pulang…

Bunda, perih ini tak mau hilang. Kesakitan ini selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Luka ini tak kunjung sembuh. Biarkan aku terbebas darinya. Atau biarkan aku membawanya sampai ke akhir tujuanku.

Bunda, anakmu tak lagi punya tenaga…
Bunda, biarkan aku tidur…
Bunda, anakmu pulang.

2 comments:

Ciplok said...

Ivy, knp tdk menulis lagi? Kembalilah menulis....

ivy said...

ga nyangka masih ada yang baca. pingin sih nulis lagi. mungkin nanti. thanks ciplok